Di balik tambang mineral milik China yang menggurita di Indonesia, Argentina, dan Kongo
China telah memperluas investasinya di berbagai tambang dunia - termasuk di Indonesia - untuk mengekstraksi mineral yang penting bagi…
Sirene meraung-raung ketika ledakan akan dimulai, sebagai tanda bagi semua orang untuk menghentikan aktivitas mereka dan berlindung.
“Apa pun suhunya, baik saat hujan atau angin kencang, kami harus meninggalkan rumah dan mencari tempat berlindung di dekat tambang,” katanya.
Hal ini berlaku bagi semua orang, termasuk mereka yang sakit dan perempuan yang baru saja melahirkan, tambahnya, karena tidak ada tempat lain yang aman.
Pada tahun 2017, seorang gadis remaja, Katty Kabazo, dilaporkan tewas akibat batu yang beterbangan dalam perjalanan pulang dari sekolah. Adapun batu lainnya telah melubangi dinding dan atap rumah setempat.
Juru bicara tambang Ruashi, Elisa Kalasa, mengakui bahwa "seorang anak kecil berada di area tersebut – dia tidak seharusnya berada di sana dan terkena dampak batu yang beterbangan".
Dia mengatakan bahwa sejak itu "kami telah meningkatkan teknologinya, dan sekarang kami memiliki jenis peledakan yang membuat tak ada lagi batu yang beterbangan”.
Namun, BBC berbicara dengan manajer pemrosesan di perusahaan tersebut, Patrick Tshisand, yang tampaknya memberikan gambaran berbeda.
Dia berkata: "Kalau kami menambang, kami menggunakan bahan peledak. Bahan peledak dapat menyebabkan batu beterbangan, yang dapat berakhir di masyarakat karena masyarakat terlalu dekat dengan tambang... jadi kami mendapati beberapa insiden seperti itu."
Kalasa juga mengatakan bahwa antara tahun 2006 dan 2012 perusahaan memberikan kompensasi kepada lebih dari 300 keluarga yang harus pindah jauh dari tambang.
Setahun yang lalu, badan perdagangan pertambangan China, yang dikenal sebagai CCCMC, mulai membentuk mekanisme pengaduan untuk menyelesaikan keluhan yang diajukan terhadap proyek pertambangan milik China.
Perusahaan-perusahaan itu sendiri “tidak memiliki kemampuan – baik budaya maupun bahasa” untuk berinteraksi dengan komunitas lokal atau organisasi masyarakat sipil, kata seorang juru bicara, Lelia Li.
Namun mekanismenya masih belum berjalan sepenuhnya.
Sementara itu, keterlibatan China dalam operasi pertambangan asing tampaknya akan meningkat.
Hal ini bukan hanya sekedar “permainan geopolitik” untuk mengendalikan pasar utama, kata Aditya Lolla, direktur program Asia di Ember, sebuah wadah pemikir lingkungan yang berbasis di Inggris, hal ini juga masuk akal dari sudut pandang bisnis.
“Akuisisi dilakukan oleh perusahaan-perusahaan China karena, bagi mereka, ini semua tentang keuntungan,” katanya.
Akibatnya, pekerja China akan terus dikirim ke proyek pertambangan di seluruh dunia dan bagi mereka, proyek-proyek ini sebagian besar memberikan peluang untuk mendapatkan banyak uang.
Salah satunya adalah Wang Gang, yang telah bekerja selama 10 tahun di tambang kobalt milik China di Kongo.
Pria berusia 48 tahun ini tinggal di akomodasi perusahaan dan makan di kantin pekerja, bekerja selama 10 jam sehari, tujuh hari seminggu, dan cuti empat hari per bulan.
Dia rela harus berpisah dengan keluarganya yang tinggal di Provinsi Hubei, China, karena penghasilannya lebih banyak daripada yang dia bisa dapatkan di kampung halaman.
Dia juga nyaman dengan langit cerah dan hutan yang rimbun di DR Kongo.
Dia berkomunikasi dengan pekerja tambang lokal dalam bahasa campuran Prancis, Swahili, dan Inggris. Namun, menurutnya: "Kami jarang mengobrol, kecuali untuk urusan pekerjaan."
Bahkan Ai Qing, yang fasih berbahasa Spanyol jarang berinteraksi dengan orang Argentina di luar pekerjaan.
Dia mulai berkumpul dengan sesama pekerja China dan mereka kebanyakan bergaul dengan orang-orang yang mirip dengan mereka. Berada ribuan mil dari rumah membuat semua orang menjadi lebih dekat.
Hal yang paling menarik baginya adalah mengunjungi dataran garam di Pegunungan Andes tempat litium ditambang dan kehidupan terasa "dingin".
“Penyakit ketinggian selalu menyerang saya – saya tidak bisa tidur dan tidak bisa makan,” katanya.
“Tetapi saya sangat menikmati pergi ke sana karena segalanya lebih sederhana, dan tidak ada politik kantor.”
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.