Di balik tambang mineral milik China yang menggurita di Indonesia, Argentina, dan Kongo
China telah memperluas investasinya di berbagai tambang dunia - termasuk di Indonesia - untuk mengekstraksi mineral yang penting bagi…
Bagi Ai Qing, demonstrasi disertai pembakaran ban adalah tindakan yang tidak sopan. Perempuan tersebut mengharapkan kehidupan yang tenang di Argentina, namun mendapati dirinya terlibat dalam mediasi konflik karena dirinya bisa berbahasa Spanyol.
“Itu tidak mudah,” katanya.
“Di luar [kendala] bahasa tersebut, kami harus meredam beberapa hal, seperti bagaimana manajemen menganggap para karyawan hanya bermalas-malasan dan terlalu bergantung pada serikat pekerja, dan bagaimana penduduk setempat menganggap orang-orang China berada di sini hanya untuk mengeksploitasi mereka.”
BBC Global China Unit telah mengidentifikasi setidaknya 62 proyek pertambangan di seluruh dunia yang sahamnya dimiliki perusahaan-perusahaan China dan dirancang untuk mengekstraksi litium atau salah satu dari tiga mineral lain yang penting bagi teknologi ramah lingkungan – kobalt, nikel, dan mangan.
Semua mineral tersebut digunakan untuk membuat baterai litium-ion – yang digunakan pada kendaraan listrik. Bersama dengan panel surya, kendaraan listrik kini menjadi prioritas industri utama bagi China. Beberapa proyek merupakan salah satu produsen mineral terbesar di dunia.
China telah lama menjadi pemimpin dalam pemurnian litium dan kobalt, dengan pangsa pasokan global masing-masing mencapai 72 persen dan 68 persen pada tahun 2022, menurut lembaga pemikir Chatham House.
Kapasitas China untuk memurnikan mineral-mineral ini dan mineral penting lainnya telah membantu negara tersebut mencapai titik di mana China menghasilkan lebih dari setengah kendaraan listrik yang terjual di seluruh dunia pada 2023 silam.
China juga memiliki 60 persen kapasitas produksi global untuk turbin angin, mengendalikan setidaknya 80 persen dari tiap tahap dalam rantai pasokan panel surya.
Peran China dalam sektor ini telah menjadikan barang-barang tersebut lebih murah dan lebih mudah diakses secara global.
Namun bukan hanya China yang perlu menambang dan memproses mineral yang dibutuhkan untuk perekonomian ramah lingkungan.
PBB mengatakan bahwa jika dunia ingin mencapai emisi gas rumah kaca hingga di angka nol pada tahun 2050, maka penggunaannya harus meningkat enam kali lipat pada tahun 2040.
Sementara itu, AS, Inggris, dan Uni Eropa telah mengembangkan strategi untuk mengurangi ketergantungan mereka pada pasokan Tiongkok.
Ketika perusahaan-perusahaan China meningkatkan operasi penambangan mereka di luar negeri, tuduhan mengenai masalah yang disebabkan oleh proyek-proyek ini terus meningkat.
Di pinggiran Lubumbashi yang terletak di ujung selatan Republik Demokratik Kongo, Christophe Kabwita telah memimpin oposisi terhadap tambang kobalt Ruashi, yang dimiliki oleh Grup Jinchuan sejak tahun 2011.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.