Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

AS Kehilangan Kepercayaan ke Netanyahu, Urusi Warga Gaza Utara Saja Gagal, Bagaimana Serbu Rafah?

AS menilai Israel negara yang gagal mengirimkan 50 truk makanan ke Gaza utara yang tidak akan mampu mengevakuasi dan menampung sekitar satu juta orang

Anadolu Agency/Abed Zagout
Tenda-tenda darurat yang digunakan keluarga Palestina mengungsi demi mencari perlindungan di distrik El-Mavasi, Rafah Gaza Selatan, di tengah serangan Israel yang masih terus berlanjut, 9 Februari 2024. Anadolu Agency/Abed Zagout 

AS Kehilangan Kepercayaan ke Netanyahu, Urusi Warga Gaza Utara Saja Gagal, Bagaimana Mau Serbu Rafah?

TRIBUNNEWS.COM - Surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth mengabarkan kalau pemerintah Amerika Serikat (AS) pimpinan Presiden Joe Biden telah kehilangan kepercayaan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Khaberni melaporkan, Yedioth Ahronoth menyatakan, kalau pemerintahan Biden sampai pada kesimpulan kalau "Netanyahu terkendala secara administratif atau tidak ingin melakukan apa yang diwajibkan" AS ke Israel terkait rencana agresi militer darat ke Rafah.

Baca juga: Maut Menanti Israel di Rafah, Bersiap Hadapi Terowongan Maut, Ruang Komando, Markas Rahasia Hamas

Washington telah kehilangan kepercayaan terhadap kemampuan Netanyahu untuk memimpin operasi kompleks di Rafah yang dimulai dengan evakuasi ratusan ribu pengungsi.

Laporan itu menyertakan alasan kalau AS menilai Israel sebagai "sebuah negara yang gagal mengirimkan 50 truk makanan ke Gaza utara tidak akan mampu mengevakuasi dan menampung sekitar satu juta orang".

AS diketahui memang menentang rencana penyerbuan darat Israel ke Rafah, lokasi jutaan pengungsi warga Palestina dari seluruh wilayah kantong Palestina yang dibombardir Israel.

Meski menentang, AS meminta Israel untuk mengirim perwakilan ke Washington guna membahas penyerbuan tersebut.

Beriring drama, Israel menyetujui dengan lebih dulu mengutus Menteri Pertahanan Yoav Gallant ke AS.

Baca juga: Ngambek Netanyahu ke AS Kelar: IDF Segera Serbu Rafah, Israel Beli 40 Ribu Tenda dari China 

Baca juga: Rapat di Washington Terkait Rafah, Menhan Israel Yoav Gallant Dapat Kata-Kata Kasar Terhadap Israel

Syarat utama AS ke Israel terkait rencana penyerbuan IDF ke Rafah ini adalah terkait situasi dan evakuasi pengungsi warga Palestina. 

Gambar yang diambil pada tanggal 30 Januari 2024 ini menunjukkan pemandangan tenda-tenda di tempat penampungan sementara bagi warga Palestina yang melarikan diri ke Rafah di Jalur Gaza selatan di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.
Gambar yang diambil pada tanggal 30 Januari 2024 ini menunjukkan pemandangan tenda-tenda di tempat penampungan sementara bagi warga Palestina yang melarikan diri ke Rafah di Jalur Gaza selatan di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (Mahmud Hams / AFP)

Netanyahu Minta Warga Pindah, Tinggal Angkat Tenda

Adapun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, meski sudah banyak dikritik, masih bersikeras akan menyerang Kota Rafah di Jalur Gaza.

Netanyahu meremehkan kekhawatiran Amerika Serikat (AS) mengenai risiko munculnya bencana kemanusiaan jika Israel nekat melancarkan serangan darat ke kota tersebut.

Pemimpin sayap kanan Israel itu menyebut warga Palestina di Rafah hanya perlu pergi ke wilayah lain di Gaza saat Israel menyerang.

Hal itu disampaikannya dalam dalam pernyataannya kepada pejabat AS yang bertandang ke Israel pada hari Rabu (27/3/2024).

“Orang-orang tinggal pindah saja, mereka pindah bersama dengan tenda mereka,” kata Netanyahu dikutip dari PBS.

Adapun Rafah kini menjadi tempat berlindung bagi lebih dari satu juta warga Palestina yang mengungsi.

Rafah juga menjadi titik masuk bantuan ke Gaza. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan semua penduduk di sana mengalami kekurangan pangan.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved