Konflik Palestina Vs Israel
Politikus AS: Netanyahu Harus Disingkirkan Demi Tercipta Perdamaian di Israel, Gaza, dan Tepi Barat
Netanyahu dinilai menoleransi jumlah korban sipil di Gaza, sehingga mendorong dukungan bagi Israel di seluruh dunia ke titik terendah dalam sejarah.
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Senat Amerika Serikat Chuck Schumer dalam pidatonya menyebut Benyamin Netanyahu telah tersesat dalam koalisi ekstremis sayap kanan.
Menurut dia, Perdana Menteri Israel tersebut terlalu sering tunduk pada tuntutan para ekstremis dan membiarkan kelangsungan hidup politiknya lebih diutamakan daripada kepentingan terbaik Israel.
Schumer juga menilai Netanyahu menoleransi jumlah korban sipil di Gaza, sehingga mendorong dukungan bagi Israel di seluruh dunia ke titik terendah dalam sejarah.
“Israel tidak dapat bertahan jika menjadi paria (golongan masyarakat terendah),” kata Schumer seperti dikutip Times Of Israel.
Baca juga: Ribuan Warga Israel Mendemo Netanyahu, Minta Wajibkan Yahudi Ultra-Ortodoks Ikut Perang di Gaza
Karenanya, ia menyerukan agar Israel menggelar pemilu dengan harapan munculnya pemimpin baru Israel.
“Jika koalisi Perdana Menteri Netanyahu saat ini tetap berkuasa setelah perang mulai mereda dan terus menjalankan kebijakan berbahaya dan menghasut yang menguji standar bantuan AS, maka Amerika Serikat tidak punya pilihan selain memainkan peran yang lebih aktif dalam membentuk koalisi yang ada,” kata pemimpin mayoritas Senat AS tersebut.
Sebelum melontarkan komentar pedasnya mengenai kepemimpinan Netanyahu, Schumer menghabiskan sebagian besar pidatonya dengan menekankan dukungannya yang kuat terhadap hak Israel untuk mempertahankan diri.
Ia juga meluapkan amarahnya terhadap kritik internasional yang menurutnya terlalu sering mengabaikan kejahatan Hamas yang memanfaatkan warga sipil Gaza sebagai tameng manusia.

Namun, ia menyebut Netanyahu sebagai salah satu dari empat hambatan utama bagi perdamaian, bersama dengan Hamas, Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, dan kelompok sayap kanan Israel yang radikal.
Sampai semuanya disingkirkan, kata Schumer, tidak akan pernah ada perdamaian di Israel, Gaza, dan Tepi Barat.
“Sebagai negara demokrasi, Israel mempunyai hak untuk memilih pemimpinnya sendiri, dan kita harus membiarkan apa pun yang terjadi. Tapi yang penting adalah warga Israel diberi pilihan. Perlu ada perdebatan baru mengenai masa depan Israel setelah 7 Oktober,” katanya.
Pemerintahan Netanyahu paling ekstrem kanan yang cemaskan warga Palestina
Pada November 2022, Netanyahu memenangkan pemilu dan untuk selanjutnya menjalani masa jabatan sebagai perdana menteri untuk kali keenam.
Koalisinya terdiri dari partai-partai berhaluan kanan. Salah satu pemimpin partai koalisi diketahui pernah dihukum karena rasisme anti-Arab.
Istilah kanan dalam spektrum politik biasanya untuk menggambarkan pandangan politik yang konserfatif dan ultranasionalis.
Warga Palestina kala itu khawatir dengan koalisi baru pemerintahan Netanyahu, sebab akan memperkuat kekuasaan Israel di wilayah pendudukan, Gaza dan Tepi Barat.
Koalisi Pemerintahan Netanyahu juga menolak gagasan solusi dua negara sebagai upaya menghentikan konflik puluhan tahun antara Israel dan Palestina.
Padahal gagasan dua negara mendapat dukungan dari dunia internasional.
Konflik Palestina Vs Israel
Trump Panen Apresiasi, Disanjung Pemimpin Islam usai Bahas Krisis Gaza di Sela Sidang PBB |
---|
Prof Harris Arthur: Pidato Prabowo di PBB, Simbol Kepercayaan Diri Bangsa dan Diplomasi Kebenaran |
---|
Pemimpin Palestina Akan Pidato Virtual di PBB meski Ditentang AS, 3 Hari usai Pengakuan Negara Barat |
---|
Iron Dome Israel Kebobolan, Gagal Mengadang Drone Houthi, Meledak di Eilat |
---|
Trump Tebar Janji ke Negara Arab: Bendung Ambisi Netanyahu, Tolak Israel Caplok Tepi Barat |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.