Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Netanyahu Bersumpah Serang Rafah Lagi Buntut Sandera Ditahan Hamas, Putin Ikut Campur

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu bersumpah melakukan agresi militer kembali di Rafah karena sandera masih ditahan Hamas

GALI TIBBON / POOL / AFP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) mendengarkan menteri transportasi Yisrael Katz selama rapat kabinet mingguan di kantornya di Yerusalem pada 26 September 2017. Yisrael Katz saat ini menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Israel sejak Februari 2019. 

Kabinetnya mengadopsi deklarasi pada hari Minggu yang mengatakan Israel dengan tegas menolak keputusan internasional mengenai perjanjian permanen dengan Palestina dan menentang pengakuan sepihak atas negara Palestina.

Putin Ikut Campur

Presiden Rusia, Vladimir Putin mengundang milisi Hamas dan kelompok Palestina Fatah ke Moskow untuk berdiskusi terkait strategi perundingan perang yang saat ini tengah memanas di Timur Tengah.

Keinginan Putin tersebut disampaikan langsung oleh Wakil Menteri Luar Negeri Mikhail Bogdanov, disaat Israel gencar melakukan serangan ke wilayah Rafah, yang menjadi pusat penampungan pengungsi di Gaza Selatan.

Presiden Rusia Vladimir Putin.
Presiden Rusia Vladimir Putin. (TASS)

Dalam laporan tertulisnya utusan khusus Presiden Vladimir Putin itu menyebut bahwa pertemuan antara Rusia dengan pimpinan Hamas dan kelompok Fatah akan dijadwalkan pada tanggal 29 Februari 2024.

Baca juga: India Kirim Drone Hermes 900 ke Israel, Tentara Israel akan Serbu Rafah, Drone Tahan 30 Jam di Udara

“Kami mengundang semua perwakilan Palestina untuk melakukan pembicaraan “antar-Palestina” yang dijadwalkan dimulai pada 29 Februari,” jelas Bogdanov dikutip dari media lokal Israel i24 News.

Tak hanya para milisi pro-Palestina yang akan diundang Putin ke Gedung Putih Moskwa, nantinya sejumlah negara juga akan ikut bergabung dalam perundingan tersebut termasuk Suriah, Lebanon, dan negara-negara lain di Timur Tengah lainnya.

Pertemuan darurat ini digagas Putin sebagai bentuk dukungan Rusia terhadap warga Palestina.

Bahkan baru – baru ini Putin memberikan isyarat bahwa pihaknya tidak mengesampingkan kemungkinan Rusia memberikan uang dan senjata kepada kelompok militan Hamas.

Kemesraan Hubungan Hamas dengan Rusia

Tak seperti negara barat lainnya, Rusia vokal menganggap Hamas sayap militan bukan sebagai teroris. Pejabat Rusia memberikan dua alasan mengapa mereka membutuhkan hubungan baik dengan Hamas.

Pertama, sejumlah kecil warga Rusia, mungkin beberapa ratus, tinggal di Gaza dan bekerja di pusat kebudayaan Rusia Kalinka, di bawah naungan Kementerian Luar Negeri Rusia.

Namun dalam praktiknya, pusat kebudayaan Rusia dikenal sebagai garda depan intelijen. Politisi Palestina memandang Moskow sebagai penyeimbang Amerika.

Rusia dibawah Putin, bahkan diam - diam, memberikan dukungan material kepada Hamas. Menurut laporan Wall Street Journal, kelompok teroris yang terkait dengan Hamas menemukan cara untuk menghindari sanksi Barat yakni dengan memanfaatkan pertukaran mata uang kripto Rusia.

Selain itu Rusia juga aktif mengirimkan bantuan senjata diantaranya, Rudal anti-bunker RPO-A yang merupakan sebuah peluncur tembak yang dibekali hulu ledak thermobaric. Senjata ini praktis untuk digunakan lantaran dapat dipasang di bahu dan digunakan untuk menyerang posisi dengan jarak mencapai 1000 meter.

(Tribunnews.com/ Chrysnha, Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved