Konflik Palestina Vs Israel
Ultimatum Tiga Hari Trump untuk Hamas atas Rencana Damai Gaza: Kami Butuh 1 Tanda Tangan
Presiden AS Donald Trump memberikan ultimatum selama tiga hari kepada Hamas untuk menandatangani rencana damai Gaza.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan ultimatum kepada kelompok militan Palestina, Hamas, untuk menanggapi proposal perdamaian dan rekonstruksi Jalur Gaza dalam waktu "tiga hingga empat hari".
Ultimatum ini disampaikan di tengah berlanjutnya serangan Israel yang terus menimbulkan korban sipil di wilayah padat penduduk tersebut.
Dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Washington, Trump memperingatkan bahwa Hamas akan "membayar di neraka" jika menolak kesepakatan yang bertujuan mengakhiri perang selama dua tahun yang berkecamuk.
Presiden AS tersebut menegaskan bahwa Israel akan mendapatkan "dukungan penuh"-nya jika Hamas menolak atau melanggar kesepakatan tersebut.
"Kami hanya membutuhkan satu tanda tangan, dan tanda tangan itu akan membayar di neraka jika mereka tidak menandatanganinya," kata Trump, dikutip dari The Guardian.
Rencana perdamaian 20 poin yang diajukan Trump ini disambut baik oleh media maupun politisi Israel karena memenuhi banyak tuntutan utama mereka.
Poin-poin kunci dalam proposal tersebut meliputi:
- Pelucutan Senjata Hamas dan pelarangannya dari peran politik di Gaza di masa depan.
- Pembebasan 48 sandera Israel yang masih ditahan dalam waktu 72 jam setelah gencatan senjata diberlakukan.
- Penarikan bertahap pasukan militer Israel ke zona penyangga di sepanjang perbatasan.
- Peningkatan besar-besaran bantuan kemanusiaan untuk 2,3 juta penduduk Gaza yang hancur.
Pemerintahan transisi teknokratis pascaperang di Gaza yang akan dipimpin langsung oleh Donald Trump.
Meskipun mendukung rencana tersebut, Netanyahu menegaskan bahwa militer Israel akan tetap berada di sebagian besar wilayah Gaza, dan ia tidak menyetujui pembentukan negara Palestina selama pembicaraannya dengan Presiden AS.
"Kami akan memulihkan semua sandera kami, hidup dan sehat, sementara (militer Israel) akan tetap berada di sebagian besar Jalur Gaza," ujar Netanyahu dalam pernyataan video.
Baca juga: PM Qatar: Rencana Trump untuk Gaza Butuh Klarifikasi dan Negosiasi Lebih Lanjut
Di sisi lain, Hamas belum memberikan tanggapan resminya terkait 20 poin kesepakatan damai di Gaza.
Para pejabatnya menyatakan sedang meninjau proposal tersebut melalui serangkaian konsultasi internal dan dengan faksi-faksi bersenjata Palestina yang bersekutu.
Sumber yang dekat dengan Hamas mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa rencana itu "sepenuhnya bias terhadap Israel" dan memaksakan "kondisi yang mustahil" yang bertujuan melenyapkan kelompok tersebut.
Jihad Islam, sekutu Hamas, menilai rencana tersebut akan mendorong agresi lebih lanjut terhadap Palestina.
"Melalui ini, Israel berusaha—melalui Amerika Serikat—untuk memaksakan apa yang tidak dapat dicapainya melalui perang," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.