Selasa, 30 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Prancis Jadi Motor Jatuhnya Sanksi Keras Uni Eropa ke Hamas

Prancis memotori jatuhnya sanksi yang lebih keras oleh Uni Eropa terhadap Hamas di tengah terus berkobarnya perang Hamas melawan Israel di Gaza.

MAHMUD HAMS / AFP
Warga Palestina yang terluka akibat pemboman Israel dibawa ke rumah sakit Nasser di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 5 Desember 2023. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, BRUSSELSUni Eropa akan memperketat sanksi terhadap Hamas dan pemukim Israel yang bertanggung jawab atas kekerasan di Tepi Barat.

Israel menyatakan serangan Hamas ke wilayah Selatan Israel pada 7 Oktober 2023 lalu menewaskan sekitar 1.200 orang.

Uni Eropa memasukkan Hamas dalam daftar organisasi teroris, yang berarti dana atau aset apa pun yang mereka miliki di Eropa akan dibekukan.

Keputusan sanksi Uni Eropa pada umumnya memerlukan persetujuan dari seluruh 27 negara anggota, yang telah berjuang untuk menyepakati posisi bersama mengenai krisis saat ini karena banyak negara yang memiliki pandangan berbeda dan sangat memegang teguh mengenai konflik Israel-Hamas yang lebih luas.

Prancis dan beberapa negara Uni Eropa lainnya mengatakan mereka sudah bekerja sama untuk mengajukan usulan penerapan sanksi, pembekuan aset dan larangan perjalanan terhadap komandan Hamas.

Pejabat senior Uni Eropa, termasuk kepala kebijakan luar negeri Josep Borrell juga telah menyatakan kekhawatirannya atas meningkatnya kekerasan yang dilakukan pemukim Israel terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat.

Israel Terus Serang Jurnalis

Anggota parlemen Eropa menuduh Israel sengaja menargetkan jurnalis seama perangnya melawan Hamas di Gaza.

"Israel berusaha 'menutupi pembantaian yang terjadi di Gaza dengan membunuh jurnalis,' kata Manu Pineda, anggota Parlemen Eropa dalam konferensi pers di Brussels, hari Rabu, 6 Desember 2023.

Dia menegaskan, Israel sengaja menargetkan jurnalis di Jalur Gaza karena “tidak ada penjahat yang ingin ada orang yang menyaksikan kejahatannya.”

Pineda, seorang anggota parlemen Spanyol dari partai komunis Kiri Bersatu, mengatakan pada konferensi pers di Brussels.

Dalam kasus juru kamera Anadolu Montaser Al-Sawaf, ia menjawab, “Israel, seperti penjahat lainnya, tidak ingin ada orang yang menyaksikan kejahatannya. Sejauh ini mereka membunuh 65 jurnalis, dan ini merupakan jumlah yang signifikan,” tambah Pineda.

Dia mengatakan pasukan Israel bahkan telah membunuh keluarga para jurnalis tersebut.

Dengan melakukan hal tersebut, ia mengatakan Israel bertujuan untuk memaksa jurnalis berhenti melakukan pekerjaan profesional mereka.

Baca juga: Khawatir Dibom Israel, WHO Pindahkan Pasokan Medis dari Gudang di Gaza Selatan

Dia mengatakan Israel mengambil keuntungan dari diamnya masyarakat internasional, namun “kita harus menekan pemerintah kita untuk mendorong Israel mematuhi hukum internasional.”

Montaser Al-Sawaf, juru kamera lepas Anadolu yang melaporkan dari Gaza, tewas dalam serangan udara Israel pekan lalu, menyusul jeda kemanusiaan selama seminggu antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina Hamas.

Al-Sawaf, saudaranya Mervan, dan anggota keluarga lainnya tewas dalam serangan udara Israel di lingkungan Ed-Durc di Gaza selatan.

Baca juga: Solidaritas ke Warga Gaza, Dewan Kota Dublin Kibarkan Bendera Palestina

Setelah terluka parah akibat pengeboman tersebut, Al-Sawaf harus menunggu ambulans sekitar 30 menit. Al-Sawaf akhirnya diangkut ke Rumah Sakit Baptis Al-Ahli dengan kendaraan pribadi, namun tidak ada tim medis yang hadir dan dia meninggal.

Dia dimakamkan bersama saudara laki-lakinya dan kerabat lainnya di pemakaman al-Batsh di kota tersebut.

AS Batasi Visa Warga Israel

Sebelumnya, Gedung Putih telah menerapkan sanksi berupa pembatasan visa ke Amerika Serikat (AS) bagi warga negara Israel yang terbukti melakukan kekerasan terhadap warga sipil di Tepi Barat.

“Pembatasan ini akan menargetkan warga negara Israel yang telah melakukan tindakan kekerasan atau mengambil tindakan lain yang membatasi akses warga sipil terhadap layanan dan kebutuhan penting dan mungkin juga berlaku untuk anggota keluarga orang-orang tersebut,” ujar Antony Blinken, Menteri Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan, Selasa (5/12/2023).

Baca juga: Peringatan Raja Yordania: Pengusiran Paksa Warga Gaza oleh Israel Picu Konsekuensi Serius

Gedung Putih juga telah berulang kali memperingatkan Israel agar menghentikan kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat.

“Kami telah menggarisbawahi kepada pemerintah Israel perlunya berbuat lebih banyak untuk meminta pertanggungjawaban para pemukim ekstremis yang telah melakukan serangan kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat,” kata Blinken.

Blinken menyatakan akan terus berupaya meminta Israel untuk melindungi warga sipil Palestina dari serangan ekstremis.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan