Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Sosok Sheikh Ekrima Sabri, Imam Masjid Al-Aqsa yang Rumahnya Terancam Dihancurkan Israel

Rumah Sheikh Ekrima Sabri, imam Masjid Al-Aqsa, terancam dihancurkan oleh Israel.

Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Daryono
AHMAD GHARABLI / AFP
Sheikh Ekrima Sabri, imam Masjid Al-Aqsa dan mantan Mufti Besar Yerusalem, tiba di kantor intelijen Israel untuk memenuhi panggilan pemeriksaan atas khotbahnya, 8 Mei 2023. 

TRIBUNNEWS.COM – Rumah yang ditinggali oleh Sheikh Ekrima Sabri, imam Masjid Al-Aqsa, terancam dihancurkan oleh Israel.

Pada hari Minggu, (3/12/2023), pasukan Israel menyerbu pemukiman Sawaneh di Yerusalem Timur yang diduduki Israel.

“Pasukan besar polisi Israel dan intelijen menyerbu bangunan, termasuk apartemen tempat tinggal Sheikh Sabri (85) di pemukiman Sawaneh di Yerusalem pada Minggu pagi,” kata saksi mata dikutip dari Anadolu Agency.

“Pasukan itu melampirkan (surat) perintah penghancuran ke dinding bangunan, menyebut ‘pembangunan yang tidak berizin’ sebagai alasannya.”

Menurut saksi mata, bangunan itu sudah lama dibangun dan ditinggali lebih dari 100 warga Palestina.

Sosok Sabri

Sabri adalah Mufti Besar Yerusalem dan Palestina dari tahun 1994 hingga 1 Juli 2006.

Pengangkatannya sebagai Mufti Besar dilakukan oleh Presiden Otoritas Palestina Yasser Arafat.

Sabri meraih gelar doktor dari Universitas Al Azhar di Mesir.

Baca juga: Rumah Imam Besar Masjid Al Aqsa Sheikh Sabri Mau Dibongkar Israel: Dianggap Bangunan Ilegal

Dalam wawancara tahun 2000, Sabri meragukan jumlah orang Yahudi yang menjadi korban Holocaust pada masa Perang Dunia II. Dia menyebutnya sebagai sebuah dongeng.

“Sebuah dongeng yang dimanfaatkan oleh Israel untuk mendapatkan solidaritas internasional," kata dia dikutip dari laman All4Palestine.org.

Sabri pernah menyebut Tembok Ratapan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Masjid Al-Aqsa. Jadi, menurutnya tembok itu tidak hanya sakral bagi orang Yahudi.

“Benar bahwa kami juga hidup harmonis dengan orang Yahudi, hingga tahun 1917 ketika Deklarasi Balfour mengaku hak mereka atas “rumah” di Palestina, dan orang Yahudi akhirnya mengambil semuanya," katanya menjelaskan.

Kala itu dia mengatakan warga Palestina tidak melawan orang Yahudi karena persoalan agama.

“Konflik ini hanya (konflik) politik,” kata dia.

Baca juga: AS Mendesak Israel Lindungi Warga Sipil di Gaza tapi Pasok Lebih Banyak Bom dan Senjata untuk Israel

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved