Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Sejarah Panjang Konflik Israel-Palestina, Genosida yang Bermula dari Pencurian Tanah

Simak sejarah panjang konflik Israel-Palestina yang berubah menjadi genosida. Bermula dari pencurian tanah saat migrasi Yahudi ke Palestina.

AFP/KENA BETANCUR
Spanduk bertuliskan "Warga Palestina Harus Merdeka" terlihat saat orang-orang berdemonstrasi menyerukan gencatan senjata di tengah perang antara Israel dan Hamas, di Stasiun Grand Central di New York City pada 27 Oktober 2023. 

Hal itu dilakukan untuk memprotes penjajahan Inggris dan meningkatnya imigrasi Yahudi.

Baca juga: Massa Pro-Palestina Serbu Pangkalan Udara yang Menampung Pasukan Amerika Serikat di Adana Turki

Pemogokan selama 6 bulan tersebut ditindas secara brutal oleh Inggris, yang melancarkan kampanye penangkapan massal dan penghancuran rumah, sebuah praktik yang terus diterapkan oleh Israel terhadap warga Palestina sampai sekarang.

Fase kedua pemberontakan dimulai pada akhir 1937, yang dipimpin oleh gerakan perlawanan petani Palestina.

Pemberontakan itu menargetkan kekuatan Inggris dan penjajahan.

Di paruh kedua 1939, Inggris mengerahkan 30.000 tentara di Palestina.

Desa-desa di Palestina dibom melalui udara, jam malam diberlakukan, rumah-rumah dihancurkan, dan penahanan administratif, serta pembunuhan massal terjadi secara meluas.

Di waktu yang bersamaan, Inggris bekerja sama dengan komunitas pemukim Yahudi dan membentuk kelompok bersenjata, serta "pasukan kontra pemberontakan" yang terdiri dari para pejuang Yahudi bernama Pasukan Malam Khusus, yang dipimpin Inggris.

Di dalam Yishuv, komunitas pemukim pra-negara, senjata diimpor diam-diam dan pabrik senjata didirikan untuk memperluas Haganah, paramiliter Yahudi yang kemudian menjadi inti tentara Israel.

Dalam tiga tahun pemberontakan tersebut, 5.000 warga Palestina terbunuh, 15.000-20.000 orang terluka, dan 5.600 orang dipenjarakan.

Sementara itu, menurut data tahun 1946, jumlah imigran Yahudi di Palestina antara 1920-1946 mencapai 376.415 orang.

Bagaimana rencana pembagian PBB?

Pada 1947, populasi Yahudi membengkak menjadi 33 persen di Palestina, tetapi mereka hanya memiliki enam persen tanah.

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) lantas mengadopsi Resolusi 181, yang menyerukan pembagian Palestina menjadi negara-negara Arab dan Yahudi.

Palestina menolak, karena rencana tersebut memberikan sekitar 55 persen wilayah Palestina kepada negara Yahudi, termasuk sebagian besar wilayah pesisir yang subur.

Saat itu, warga Palestina memiliki 94 persen wilayah bersejarah dan mencakup 67 persen populasinya.

Nakba 1948 atau pembersihan etnis Palestina

Seorang pengunjuk rasa mengibarkan bendera selama unjuk rasa memperingati hari 'Nakba' di pusat kota Ramallah di Tepi Barat yang diduduki, pada 15 Mei 2023. Tanggal 15 Mei menandai
Seorang pengunjuk rasa mengibarkan bendera selama unjuk rasa memperingati hari 'Nakba' di pusat kota Ramallah di Tepi Barat yang diduduki, pada 15 Mei 2023. Tanggal 15 Mei menandai "Nakba", atau malapetaka, ketika ratusan ribu warga Palestina mengungsi dari rumah mereka setelah penciptaan Israel 75 tahun yang lalu. (Photo by HAZEM BADER / AFP) (AFP/HAZEM BADER)

Baca juga: Indonesia Kirim 26,5 Ton Bantuan untuk Palestina Diantar Melalui Mesir

Sebelum mandat Inggris berakhir pada 14 Mei 1948, paramiliter Zionis sudah memulai operasi mereka untuk menghancurkan kota-kota dan desa-desa Palestina, guna memperluas perbatasan negara mereka yang akan lahir.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved