Jumat, 3 Oktober 2025

Tersedak saat Makan 'Gurita Hidup', Pria di Korea Selatan Meninggal Dunia

Pria di Korea Selatan meninggal dunia setelah tersedak san-nakji, yang secara berarti gurita hidup.

Penulis: Tiara Shelavie
Tastes Seoul Good
Ilustrasi san-nakji atau gurita hidup. Pria di Korea Selatan meninggal dunia setelah tersedak san-nakji, yang secara berarti gurita hidup. 

Hidangan ini sebelumnya menjadi berita utama di media Korea Selatan pada 2012.

Seorang pria Korea Selatan mengklaim pacarnya meninggal karena memakan san-nakji.

Namun, setelah dilakukan investigasi, terbukti dia sendiri lah yang membunuh pacarnya itu.

Netizen di media sosial menamai kasus itu sebagai "octopus murder".

Kasus Serupa

Pada bulan Juli lalu, seorang pria berusia 55 tahun dilarikan ke Rumah Sakit Tan Tock Seng Singapura setelah mengalami kesulitan menelan dan muntah setelah makan makanan yang mengandung moluska.

Dilansir indiatimes.com, dokter yang melakukan pemindaian organ dalam pasien terkejut menemukan gurita yang sudah dimakan sebagian bersarang di kerongkongannya.

Untuk mengidentifikasi penyebab penyakit pria tersebut, para dokter melakukan CT scan.

Hasil CT scan menunjukkan adanya massa padat yang tersangkut di antara kerongkongan dan perutnya.

Tim medis segera mengambil tindakan dan melakukan prosedur “esophagogastroduodenoskopi”, yaitu memasukkan selang kecil fleksibel melalui mulut pasien untuk memeriksa saluran cerna.

Ilustrasi seorang pria tersedak
Ilustrasi seorang pria tersedak (The Times of India)

Baca juga: Gurita Olahan Sulawesi Tengah Tembus Pasar Meksiko

Selama prosedur itu, dokter menemukan tentakel gurita tertancap dua inci dari batas esofagus-perut.

Awalnya, para dokter berusaha mengeluarkan tentakel gurita tersebut dengan langsung menariknya keluar dari tenggorokan pria tersebut namun tidak berhasil.

Mereka kemudian menggunakan endoskopi untuk mencapai tentakel, memutar endoskopi untuk menangkap tentakel, dan menariknya keluar.

Forceps digunakan untuk mengeluarkan kepala gurita dari tenggorokan pria tersebut.

Pasien tersebut membutuhkan waktu dua hari untuk pulih dan kemudian keluar dari rumah sakit.

Dokter di Rumah Sakit Tan Tock Seng menyebut gangguan makanan relatif umum terjadi di fasilitas mereka, terhitung 10 hingga 20 persen kasus yang memerlukan intervensi endoskopi untuk memvisualisasikan organ dalam.

Jika endoskopi gagal, pembedahan diperlukan.

Namun, mereka menekankan bahwa ketika pasien tersedak makanan, teknik "mendorong" harus digunakan, tetapi tenaga yang berlebihan harus dihindari untuk mencegah kerusakan pada dinding kerongkongan.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved