Konflik Rusia Vs Ukraina
Pertempuran Sengit di Avdiivka, Rusia Kehilangan Kendaraan Tempur Setara Satu Batalyon dalam 48 Jam
Pasukan Rusia dilaporkan telah kehilangan kendaraan tempur senilai satu batalion, termasuk 15 tank, selama dua hari penyerangan terhadap Avdiivka.
Pertempuran Sengit di Avdiivka, Rusia Kehilangan Kendaraan Tempur Setara Satu Batalyon dalam 48 Jam
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Rusia dilaporkan telah kehilangan kendaraan tempur senilai satu batalion, termasuk 15 tank, selama dua hari penyerangan terhadap Avdiivka.
Laporan itu dilansir akun intelijen sumber terbuka OSINTtechnical yang mengatakan puluhan kendaraan militer Rusia telah hilang ketika Pasukan Kremlin meningkatkan serangannya terhadap Avdiivka yang dikuasai Ukraina di utara kota Donetsk, di timur Ukraina.
Dalam postingan 12 Oktober 2023 di twitter, OSINTtechnical merinci kalau pasukan Rusia kehilangan sekitar 13 artileri, 15 tank, 33 kendaraan tempur infanteri/pengangkut personel lapis baja, enam truk, dan 14 mobil/van.
Baca juga: Tentara Rusia Gempur Pasukan Ukraina di Avdiivka, Zelensky: Kami Bertahan
Pada unggahan terpisah, OSINTtechnical, mengakui kalau angka-angka tersebut belum bisa dipastikan, terlebih kendaraan tempur Rusia terlihat 'menyatu dan konsisten' dengan cuaca dan dedaunan saat ini.
Namun, menurut analisis lembaga tersebut, video Ukraina yang ditempatkan secara geografis di wilayah tersebut telah menunjukkan kerugian signifikan yang diderita pasukan Rusia.
Avdiivka, merupakan lokasi produksi bahan bakar kokas terbesar di Ukraina pada masa sebelum perang.
Dalam dua hari belakangan, kota ini berada di bawah tembakan artileri Rusia dalam upaya untuk mengepung lokasi tersebut.
Michael Clarke, profesor di departemen Studi Perang di King's College London di Inggris, mengatakan kemungkinan Rusia mengalami kerugian besar dalam upaya merebut kembali Avdiivka memang cenderung besar terjadi.
"Rusia mengerahkan banyak sumber daya ke Avdiivka untuk menghindari serangan balasan Ukraina," katanya.
Upaya Rusia merebut kembali Avdiivka ini, menurutnya, menjadi langkah krusial untuk membendung laju pasukan Ukraina yang bergerak maju di wilayah Bakhmut dan Donetsk.
"Rusia telah melakukan upaya besar di Avdiivka karena mereka mungkin khawatir akan serangan Ukraina di selatan Bakhmut di mana mereka mulai menguasai dan mengepung Donestsk, yang akan menjadi masalah besar bagi mereka (Rusia)," katanya.
“Jadi, Avdiivka adalah upaya serangan balik lokal untuk mengalihkan perhatian pasukan Ukraina. Komandan Rusia tampaknya berada di bawah instruksi Kremlin untuk menyerang seluruh lini depan sementara mereka mengulur waktu hingga cuaca berubah."
“Tidak banyak strategi besar operasional di baliknya, hanya strategi maju terus dan jangan kalah,” katanya.

Zelensky: Kami Bertahan dari Gempuran Rusia di Avdiivka
Pertempuran di Avdiivka terjadi ketika pasukan Ukraina melanjutkan serangan balasan mereka dengan tujuan untuk memukul mundur Rusia dari timur negara itu di mana mereka telah berhasil merebut beberapa kota dan posisi strategis.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dalam postingan di twitter pada 12 Oktober:
"Avdiivka. Kami bertahan. Keberanian dan persatuan Ukrainalah yang akan menentukan bagaimana perang ini akan berakhir. Kita semua harus mengingat ini."
Lembaga pemikir AS, Institute for the Study of War, mengatakan dalam pembaruan tanggal 11 Oktober bahwa pasukan Rusia melokalisasi operasi ofensif di wilayah Avdiivka.
“Rekaman geolokasi menunjukkan bahwa kemajuan Rusia di sekitar Avdiivka terkonsentrasi di barat daya Avdiivka, dan pasukan Rusia belum menyelesaikan pengepungan operasional terhadap pemukiman tersebut dan kemungkinan akan kesulitan untuk melakukannya jika itu adalah niat mereka," tulis lembaga think-tank tersebut.
“Avdiivka juga merupakan benteng Ukraina yang terkenal memiliki benteng dan pertahanan yang baik, yang kemungkinan akan mempersulit kemampuan pasukan Rusia untuk mendekati atau sepenuhnya menguasai pemukiman tersebut,” tambahnya,
Wilayah Donetsk dan Zaprozhzhia selatan terus menjadi lokasi pertempuran sengit antara Ukraina dan Rusia karena kedua belah pihak bertujuan untuk memajukan garis depan mereka.
Presiden Rusia Vladimir Putin mencaplok Donetsk dan Zaporizhzhia, bersama dengan dua wilayah lainnya tahun lalu, meskipun pasukannya belum berhasil mempertahankan kendali penuh atas wilayah tersebut.
Aneksasi tersebut dianggap sebagai manuver ilegal dan tidak sah oleh AS serta Uni Eropa dan sekutu lain Washington.
(oln/NW/*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.