Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Warga Sipil Gaza Kabur dari Gelombang Serangan Israel, Khawatir Kehabisan Tempat Mengungsi

Israel menghantam Gaza, menyerangnya dari laut dan udara sepanjang malam hingga keesokan harinya.

TRT World
Pemukiman warga Palestina di Gaza yang hancur lebur oleh serangan jet tempur Israel sejak Sabtu malam, 7 Oktober 2023. 

TRIBUNNEWS.COM - Israel menghantam Gaza, menyerangnya dari laut dan udara sepanjang malam hingga keesokan harinya.

Juru bicara militer, Avichat Adraee menginstrusikan warga sipil di Gaza untuk segera melakukan evakuasi diri dari tempat tinggal.

“Demi keselamatan anda, segera evakuasi dari daerah tempat anda tinggal,” tulis Avichay Adraee di X.

Banyak warga sipil Gaza yang khawatir akan kehabisan tempat untuk mengungsi.

Mahmoud Shalabi dari Medical Aid for Palestines, mengatakan kelompok bantuan yang bekerja di Gaza memperkirakan setidaknya 20.000 orang mengungsi pada malam pertama serangan udara Israel.

Ribuan orang melarikan diri ke Kota Gaza, yang merupakan wilayah terpadat di Jalur Gaza.

Baca juga: Hari Ketiga Perang Hamas-Israel: Korban Tewas di Jalur Gaza 436 Orang, Zionis Siapkan Serangan Darat

Pasukan Israel mengklaim bahwa mereka telah memilih sasaran yang terkait dengan Hamas.

Sementara warga Palestina yang bermarkas di Gaza menuduh militer Israel menyerang infrastruktur sipil dan perumahan yang memiliki hubungan lemah dengan kelompok militan tersebut.

Seorang ilmuwan kualitas udara yang tinggal di Manchester yang telah kembali ke Gaza, Mohammed Ghalayini mengatakan serangan Israel saat ini sangat mengkhawatirkan.

“Ini sangat mengkhawatirkan seperti yang Anda bayangkan; ada pemboman setiap 15 hingga 30 menit sepanjang malam,” kata Ghalyani,"

Orang-orang berjalan di sekitar reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza pada 8 Oktober 2023. Pertempuran antara pasukan Israel dan kelompok pejuang Palestina Hamas berkecamuk pada 8 Oktober, dengan ratusan orang tewas di kedua belah pihak setelah serangan mendadak terhadap Israel memicu Perdana Menteri Menteri Benjamin Netanyahu memperingatkan mereka
Orang-orang berjalan di sekitar reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza pada 8 Oktober 2023. Pertempuran antara pasukan Israel dan kelompok pejuang Palestina Hamas berkecamuk pada 8 Oktober, dengan ratusan orang tewas di kedua belah pihak setelah serangan mendadak terhadap Israel memicu Perdana Menteri Menteri Benjamin Netanyahu memperingatkan mereka "memulai perang yang panjang dan sulit". (MOHAMMED ABED / AFP) (AFP/MOHAMMED ABED)

“Banyak orang meninggalkan rumah mereka ke tempat yang tampaknya lebih aman,"

Ghalayini mengatakan para warga sipil mencari perlindungan ke rumah kerabat-kerabat mereka.

"Seorang teman di Gaza timur memiliki 80 kerabat dan tetangga yang tinggal bersamanya di blok mereka. Paman saya di Khan Yonis mempunyai teman-teman yang tinggal bersamanya mencari perlindungan dari rumah mereka sendiri yang berada di perbatasan timur (Gaza)," terangnya, dikutip dari The Guardian.

Ghalayini mengaku sangat khawatir dengan warga-warga terutama yang tinggal di jalur Gaza.

“Masyarakat juga sangat takut dengan apa yang akan terjadi. Namun warga Palestina, khususnya di Gaza, sangat menderita selama 15 tahun terakhir karena blokade dan serangan demi serangan dari Israel, sehingga mereka merasa tidak ada ruginya lagi,” ujarnya.

Ghalayani mengatakan saat ini wilayah Gaza mengalami sinyal ponsel yang lemah.

Tidak hanya itu, aliran listrik juga mati.

“Internet sangat lemah dan tidak ada listrik. Bahkan generator cadangan yang sekarang menjadi jaringan sekunder bagi mereka yang mampu sudah dijatah,” kata Ghalayini.

Sementara Menteri Energi Israel, Israel Katz, memerintahkan penghentian pasokan listrik Israel, sehingga mengurangi pasokan listrik Gaza sebesar 80 persen.

Tidak hanya itu, PM Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pihaknya telah memblokir barang-barang yang melewati perbatasan di utara Jalur Gaza.

Namun saat ini, beberapa rumah sakit di Gaza mengalami kekurangan pasokan medis.

“Pagi ini saya berbicara dengan dokter lain, seorang ahli bedah umum, yang bekerja di wilayah Gaza tengah. Dia mengatakan kepada saya bahwa mereka sangat kekurangan pasokan medis, obat-obatan, barang sekali pakai, dan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam situasi darurat," kata Shalabi.

Selain itu, Gaza juga kekurangan dokter untuk menangani para korban.

“Tetapi yang paling penting, jumlah dokter yang ada tidak cukup untuk menangani kasus-kasus ini dan banyaknya korban cedera. 1 orang baru saja memulai pelatihan bedah umum, tetapi telah mengelola departemen bedah umum selama hampir dua hari saja, sementara senior lainnya menangani kasus-kasus yang lebih serius di tingkat atas, tutupnya.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved