Konflik Rusia Vs Ukraina
NATO Siap Perang Panjang di Ukraina, Perdamaian Tercapai jika Rusia Kalah
Sekjen NATO Jens Stoltenberg meminta anggotanya bersiap menghadapi perang panjang di Ukraina. Menurutnya, perdamaian akan tercapai jika Rusia kalah.
TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan anggota NATO harus bersiap menghadapi perang panjang di Ukraina.
“Sebagian besar perang berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan saat pertama kali terjadi,” kata Jens Stoltenberg dalam wawancara dengan grup media Funke Jerman, Minggu (17/9/2023).
“Oleh karena itu kita harus mempersiapkan diri untuk perang jangka panjang di Ukraina,” tambahnya.
Meski ingin perdamaian cepat, Jens Stoltenberg memastikan NATO akan tetap mendukung Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk memenangkan perang melawan Rusia.
“Kita semua mengharapkan perdamaian secepatnya,” kata Jens Stoltenberg.
“Tetapi pada saat yang sama kita harus menyadari, jika Presiden Zelensky dan Ukraina berhenti berperang, negara mereka tidak akan ada lagi. Jika Presiden Putin dan Rusia meletakkan senjata mereka, kita akan mencapai perdamaian,” lanjutnya.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-572: Rusia Jatuhkan 3 Drone di Dekat Ibu Kota
Selain itu, Jens Stoltenberg mengatakan Ukraina akan bergabung dengan NATO setelah perang selesai dan kondisi stabil.
“Tidak ada keraguan bahwa Ukraina pada akhirnya akan bergabung dengan NATO,” katanya.
“Ketika perang ini berakhir, kita memerlukan jaminan keamanan bagi Ukraina. Jika tidak, sejarah bisa terulang kembali,” tambahnya, seperti diberitakan The Guardian.
Pada pertemuan puncak NATO di Vilnius, Lithuania pada Juli 2023, para pemimpin NATO sepakat Ukraina dapat bergabung dengan NATO setelah persyaratan tertentu terpenuhi.
Para pejabat AS dan Jerman memperjelas, hal ini mencakup Kyiv yang melakukan reformasi untuk melindungi demokrasi dan supremasi hukum.
Upaya Diplomasi Rusia-Ukraina Masih Abu-abu

Baca juga: Rusia: Ini Dia Kapal Perang Paling Efektif Basmi Drone Laut Ukraina
Setelah meninggalkan perjanjian damai yang ditengahi Turki pada April 2023 lalu, Zelensky mengeluarkan dekrit yang melarang semua negosiasi dengan Rusia.
Selain itu, ia telah berulang kali bersumpah untuk merebut kembali wilayah Donetsk, Lugansk, Kherson, Zaporozhye, dan Krimea.
Sikap Zelensky didukung oleh Amerika Serikat, di mana para pejabat berulang kali menegaskan hanya Presiden Ukraina yang dapat memutuskan kapan akan mengupayakan perdamaian.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.