Jumat, 3 Oktober 2025

Perubahan iklim: Bagaimana rasanya menjalani gaya hidup yang sangat rendah karbon?

Untuk mengatasi perubahan iklim, kita perlu mengurangi jejak karbon. Tapi seperti apa gaya hidup rendah karbon yang sesungguhnya,…

Untuk mengatasi perubahan iklim, kita perlu mengurangi jejak karbon. Tapi seperti apa gaya hidup rendah karbon yang sesungguhnya, dan bisakah itu benar-benar dicapai hanya dengan pilihan pribadi?

Menjelang akhir 2020, Carys Mainprize menargetkan resolusi untuk tahun yang akan datang: menjalani kehidupan sepanjang tahun dengan batas dua ton karbon: jumlah itu setara dengan sekitar setengah emisi tahunan rata-rata mobil berbahan bakar bensin di AS.

Tantangan itu tidaklah mudah. Mainprize tinggal di Inggris, di mana rata-rata jejak konsumsi karbon tahunan per orang lebih dari empat kali target yang dia tetapkan: 8,5 ton setara karbon dioksida (CO2e), yang mencakup CO2, metana, dan gas rumah kaca lainnya.

Mainprize, yang merupakan seorang staf komunikasi di organisasi nirlaba di bidang iklim, mulai meriset soal jejak karbon yang bisa dia kurangi. Dia ingin tahu apa yang harus dia korbankan, dan jika memungkinkan, untuk tinggal di Inggris dengan jejak karbon pribadi yang setara dengan apa yang perlu kita semua capai pada dekade berikutnya untuk menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim.

Survei terbaru menunjukkan bahwa banyak orang ingin berpartisipasi dalam aksi iklim, namun mempraktikkan gaya hidup yang sangat rendah karbon bisa menjadi rumit. Itu bisa berarti mengubah sejumlah aspek kehidupan sehari-hari, terutama bagi kelompok masyarakat yang lebih kaya.

Tetapi eksperimen seperti yang dilakukan oleh Mainprize dapat memandu kita mengenai langkah ke depan soal seperti apa masyarakat yang berkelanjutan itu sesungguhnya, dan perubahan berskala lebih luas seperti apa yang dibutuhkan untuk mencapainya.

Jadi seperti apa dunia ini jika kita yang saat ini mengeluarkan lebih banyak emisi berhasil mengurangi emisi kita ke tingkat yang lebih aman?

Iklim yang menantang

Dalam beberapa hal, dua ton adalah angka yang sewenang-wenang. Setelah melakukan sejumlah riset, Mainprize menyadari bahwa itu adalah target yang cukup ambisius untuk dicapai.

Dalam bukunya tentang jejak karbon, How Bad Are Bananas, peneliti Mike Berners-Lee menyarankan pembaca untuk mencapai target gaya hidup dengan lima ton jejak karbon untuk saat ini, yang menurutnya sudah merupakan “langkah maju yang signifikan” bagi sebagian besar orang Inggris.

Di beberapa negara dengan emisi yang lebih tinggi, target itu bahkan mungkin lebih sulit dicapai – di AS, Kanada, dan Australia, misalnya, emisi per kapita mencapai 16-17 ton CO2e per tahun.

Sebuah laporan pada tahun 2021 dari Oxfam menemukan bahwa pada 2030 emisi rata-rata global harus mencapai hanya 2,3 ton CO2 per tahun untuk menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celcius (laporan tersebut tidak mencakup emisi gas rumah kaca lainnya), turun dari rata-rata 4,6 ton saat ini.

“Apa yang terlihat saat ini adalah ada beberapa kelompok pendapatan global yang jauh melebihi [target 2,3 ton],” kata Tim Gore, kepala program iklim dan ekonomi sirkular di institut Kebijakan Lingkungan Eropa, lembaga think tank berkelanjutan, dan penulis laporan Oxfam.

“Beberapa, setidaknya 50% dari populasi global, saat ini berada di bawah level tersebut dan masih akan berada di bawah level tersebut pada 2030.”

Laporan lainnya dari Hot or Cool Institute, sebuah lembaga pemikir yang berbasis di Berlin memperkirakan bahwa pada 2040, emisi gaya hidup per kapita harus menjadi 1,5 ton CO2e, kemudian pada 2050 hanya 0,7 ton CO2e.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved