Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Tentara Ukraina di Bakhmut Semakin Hancur, Wagner Juga Alami Pukulan Serius

Gerombolan paramiliter tersebut diklaim telah mengepung prajurit Volodymyr Zelensky hingga sulit untuk masuk atau keluar dari kota tersebut.

Editor: Hendra Gunawan
AFP/ARIS MESSINIS
Prajurit Ukraina menembak dengan senjata anti-pesawat S60 ke posisi Rusia di dekat Bakhmut pada 20 Maret 2023, di tengah invasi Rusia ke Ukraina. (Photo by Aris Messinis / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM -- Bos kelompok tentara bayaran Grup Wagner Evgeny Prigozhin meyakini kota Bakhmut atau Rusia menyebutnya sebagai Artryomovsk segera jatuh ke tangan Vladimir Putin.

Gerombolan paramiliter tersebut diklaim telah mengepung prajurit Volodymyr Zelensky hingga sulit untuk masuk atau keluar dari kota tersebut.

"Sampai hari ini, pertempuran untuk Bakhmut hampir menghancurkan tentara Ukraina," kata Prigozhin dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu dikutip Russia Today, Kamis (30/3/2023).

Baca juga: Viral Foto Palsu Putin Berlutut di Hadapan Xi Jinping, Hasil Uji AI Detector 57 Persen Rekayasa

Meski demikian, jelasnya, Wagner Group-nya sendiri juga mengalami "pukulan serius." Dia menyebut pengorbanan yang dilakukan oleh kelompoknya demi Rusia sepadan.

Dia menyebut pertempuran itu sebagai "keterlibatan umum" dari seluruh konflik di mana pasukan Wagner diadu melawan angkatan bersenjata Ukraina dan "unit asing dipasang di dalamnya."

Kemenangan pasukannya akan menjadi "titik balik" dan peristiwa bersejarah, mengamankan kemenangan Rusia, prediksi Prigozhin.

“Tentara Rusia sendiri akan ditinggalkan di papan catur, dan semua bidak lainnya akan disingkirkan,” ramalannya.

“Bahkan jika PMC Wagner dihancurkan di penggiling daging Bakhmut tetapi membawa serta tentara Ukraina itu berarti kita telah menyelesaikan misi bersejarah kita.”

Pertarungan untuk Bakhmut telah muncul sebagai salah satu keterlibatan konflik bersenjata paling intensif dan berdarah di Ukraina, dengan kedua belah pihak dilaporkan menderita banyak korban.

Pejabat Barat mengklaim bahwa kota itu tidak memiliki nilai militer yang strategis, tetapi Presiden Ukraina Vladimir Zelensky berjanji untuk mempertahankannya selama mungkin setelah memproklamasikan kota itu sebagai benteng.

Baca juga: Pertemuan Xi Jinping-Putin di Kremlin: Proposal perdamaian China dapat akhiri perang, tapi Ukraina dan negara Barat belum siap damai, kata Putin

Pemimpin Ukraina menjelaskan kepada The Associated Press awal pekan ini bahwa jika Rusia merebut Bakhmut, pemerintahnya akan berada di bawah tekanan internasional dan domestik untuk mencari perdamaian dengan Moskow.

“Masyarakat kita akan merasa lelah,” katanya kepada kantor berita, “Masyarakat kita akan mendorong saya untuk berkompromi dengan mereka.”

Pertempuran di kota tersebut menjadi peperangan terlama selama invasi Rusia pada Februari 2022. Kedua belah pihak juga telah mengorbankan puluhan ribu tentaranya.

Dilaporkan Newsweek, selama berbulan-bulan, kota Bakhmut menjadi salah satu bagian terpanas dari garis depan sepanjang 965 km.

Ian Stubbs, penasihat militer senior dalam delegasi Inggris untuk Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa, berbicara kepada Ukrinform di sela-sela Forum Kerja Sama Keamanan di Wina pada Rabu (15/3/2023).

Baca juga: Reaksi Presiden Amerika Soal Keputusan ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Vladimir Putin

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved