Kisah misionaris gereja dari Korea Selatan yang berperan di balik meningkat pesatnya penganut Kristen di Nepal
Para misionaris berperan meningkatkan jumlah penganut Kristen di Nepal, meski mengubah keyakinan orang adalah tindakan yang ilegal…
Dia berasal dari keluarga Hindu yang taat dan ditahbiskan sebagai pendeta Hindu "seperti 21 generasi sebelum saya".
Pada usia 20-an dia kuliah di Korea dan di sanalah dia mengenali agama Kristen.
"Saya sendirian dan tidak punya teman," kenangnya, "dan kemudian beberapa orang memberi saya sebuah Alkitab Korea dalam bahasa Nepal. Entah bagaimana mereka menemukan Alkitab bahasa Nepal."
Dia membacanya dalam satu malam dan "menemukan pencipta saya."
"Apakah itu terdengar lucu dan sulit dipercaya? Ya, itu terjadi pada saya," katanya sambil tersenyum.
Begitu kembali ke Nepal. Dia dikucilkan oleh keluarganya.
"Mereka bilang Kristen adalah agama asing [dan] beberapa orang mengatakan saya gila, bahwa saya telah kehilangan ingatan saya," kata dia.
Butuh waktu baginya untuk diterima kembali oleh keluarga dan orang-orang sekitarnya.
Setiap tahun, ada lebih dari 2.000 pelajar Nepal yang studi ke Korea. Seorang misionaris Korea yang meminta namanya tidak disebutkan, mengatakan bahwa mereka mencoba berhubungan dengan gereja-gereja lokal di Korea.
"Menjalankan misi penginjilan di Nepal merupakan sebuah tantangan. Jadi, kami memiliki cara alternatif," katanya.
"Misi kami adalah untuk mempertobatkan - karena Pendeta Dilli Ram Paudel adalah seorang pendeta Hindu ketika dia masih muda - setiap jiwa yang kami bisa, jadi kami harus tetap menyamar."
Pang dan istrinya membantu menjalankan sebuah sekolah seminari di Kathmandu. Ada sekitar 50 siswa yang belajar di sana. Donor gereja Korea sebagian besar menutupi biaya pendidikan dan pondokan mereka.
Salah satunya, Sapana, 22 tahun, berasal dari desa terpencil Tamang di Singang.
"Ayah saya membenci jemaat gereja karena dia yakin kita tidak boleh melupakan tradisi kita," katanya.
Dia diperkenalkan dengan agama Kristen oleh pamannya ketika sedang sakit parah. Dia lalu mengklaim bahwa dia sembuh setelah pindah agama.
"Saya ingin hidup untuk Yesus. Seseorang akhirnya mencintai saya," kata Sapana.
Desa-desa terpencil seperti tempat asalnya semacam menjadi batas bagi misionaris Korea seperti Pang Chang-in.
"Di kota-kota, undang-undang anti-konversi terasa jauh lebih nyata. Tapi di pedesaan, kurang ada pengawasan," kata Pang.
Sapana lulus dari seminari akhir tahun lalu. Dia sekarang berencana kembali ke desanya yang berada di pegunungan "untuk tumbuh perlahan dan mendorong kaum muda untuk menjadi bagian dari gereja".
"Saya akan pergi ke tempat-tempat baru dan menyebarkan pesan Yesus kepada mereka yang belum pernah mendengarnya sebelumnya."
Sementara itu, Pang Chang-in mengakui penyebaran Injil "dapat berbenturan dengan agama dan budaya yang ada". Namun dia menilai "gegar budaya tidak dapat dihindari".
Rajan Parajuli and Rama Parajuli berkontribusi dalam laporan ini
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.