Jumat, 3 Oktober 2025

Aung San Suu Kyi Divonis 5 Tahun Oleh Pengadilan Junta Myanmar, Berikut Sepak Terjang 'The Lady'

Suu Kyi telah berada di bawah tahanan rumah sejak Februari 2021 ketika kudeta militer menggulingkan pemerintah terpilihnya.

Editor: Hendra Gunawan
Stan HONDA / AFP
Dalam file foto yang diambil pada 22 September 2012, anggota parlemen Myanmar Aung San Suu Kyi menghadiri sebuah acara di Perpustakaan Low Memorial di Universitas Columbia di New York. 

Suu Kyi dituding menutup mata terhadap krisis yang menimpa minoritas Rohingya yang sebagian besar Muslim di Myanmar.

Sementara di dalam negeri, “The Lady“ tetap sangat populer di kalangan mayoritas Buddha di negara itu.

Awal Februari 2021, Wanita berusia 75 tahun ini kembali menjadi tawanan setelah kudeta kembali dilakukan kelompok militer.

Putri seorang pejuang

Figur Suu Kyi yang kerap disapa “The Lady” sangat populer dalam masyarakat Myanmar. Dia menghabiskan hampir 15 tahun dalam penahanan antara 1989-2010.

Ayahnya adalah seorang pahlawan kemerdekaan Myanmar, Jenderal Aung San.

Tepat sebelum Myanmar memperoleh kemerdekaan dari penjajahan Inggris pada 1948, Sang Jenderal dibunuh.

Suu Kyi masih berusia dua tahun ketika itu. Sang ibu, Daw Khin Kyi, membawa dia ke India pada 1960 setelah ditunjuk sebagai duta besar Myanmar di Delhi.

Empat tahun kemudian dia pergi ke Universitas Oxford di Inggris untuk belajar filsafat, politik dan ekonomi.

Di sanalah dia bertemu dengan calon suaminya, akademisi Michael Aris. Setelah tinggal dan bekerja di Jepang dan Bhutan, Suu Kyi menetap di Inggris untuk membesarkan kedua anak mereka, Alexander dan Kim.

Meski begitu Myanmar tidak pernah jauh dari pikirannya. Suu Kyi akhirnya kembali di Yangon pada 1988 untuk merawat ibunya yang sakit kritis.

Di waktu yang sama, Myanmar berada di tengah pergolakan politik besar.

Ribuan siswa, pekerja kantor dan biksu turun ke jalan menuntut reformasi demokrasi.

Militer yang dipimpin oleh U Ne Win, menanggapi aksi itu secara brutal dan melakukan pembantaian massal kepada para pengunjuk rasa.

Dalam pidatonya di Yangon pada 26 Agustus 1988, Suu Kyi menyatakan sebagai anak dari seorang pejuang kemerdekaan dia tidak dapat berdiam diri melihat kondisi itu. Dia kemudian memimpin pemberontakan melawan diktator saat itu, Jenderal Ne Win.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved