Makin Panas, Militer Rusia 'Kepung' Ukraina dari Darat dan Laut, AS Enggan Terlibat Konflik Terbuka
Konflik antara Rusia dan Ukraina kian memanas setelah ribuan tentara Rusia pada Kamis kemarin memulai latihan 10 hari di Belarus.
Selanjutnya, Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace diperkirakan akan mengunjungi Moskwa pada Jumat ini untuk bertemu dengan mitranya dari Rusia.
Lalu minggu depan, Kanselir Jerman Scholz akan berada di Moskwa untuk berbicara dengan Putin.
Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Mark A Milley pun menghubungi mitranya dari Belarusia, Mayor Jenderal Viktor Gulevich.
Pentagon menyampaikan bahwa keduanya membahas 'masalah terkait keamanan regional yang memprihatinkan' yang bertujuan untuk 'mengurangi kemungkinan salah perhitungan'.
Di sisi lain, Truss kembali menegaskan bahwa fakta dari penumpukan pasukan Rusia tentu dapat 'berbicara sendiri'.
Bahasa langsungnya adalah bukti dari garis keras yang dihadapi Inggris dalam krisis saat ini, menuduh rencana Rusia untuk mengkudeta Ukraina dan menyediakan persenjataan antitank untuk Ukraina.
"Tidak ada keraguan bahwa penempatan lebih dari 100.000 tentara secara langsung ditempatkan untuk mengancam Ukraina. Jika Rusia serius tentang diplomasi, mereka perlu memindahkan pasukan itu," kata Truss.
Sementara itu Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengatakan selama kunjungannya ke markas NATO di Brussels Belgia pada Kamis kemarin bahwa ia tidak berpikir Rusia telah membuat keputusan apakah akan meluncurkan invasi.
"Tapi itu bukan berarti tidak mungkin sesuatu yang benar-benar bencana bisa terjadi dalam waktu dekat," kata Johnson.
Sejauh ini Putin telah membuat dunia menebak-nebak 'apa niatnya yang sebenarnya', menandakan bahwa ia terbuka untuk melanjutkan negosiasi atas tuntutannya untuk membentuk kembali arsitektur keamanan Eropa, sambil mengisyaratkan prospek perang habis-habisan dengan negara Barat.
Namun Lavrov mengatakan bahwa setiap ancaman Rusia terhadap Ukraina adalah fiksi murni.
Ini merupakan pendekatan penyangkalan terhadap kenyataan yang menggemakan bahwa Rusia menolak untuk mengakui dukungan militernya terhadap separatis di Ukraina timur atau campur tangannya dalam pemilihan Amerika pada 2016 lalu.
Lavrov bahkan menyatakan bahwa Rusia sangat khawatir tentang kedutaan negara Barat yang menarik personel mereka di Kyiv, ibu kota Ukraina, sehingga Rusia juga berencana untuk melakukannya.
"Kami mulai berpikir bahwa mungkin Anglo-Saxon sedang mempersiapkan sesuatu. Jika mereka mengevakuasi karyawan mereka, kami mungkin juga akan merekomendasikan agar personel yang tidak penting dari lembaga diplomatik kami untuk sementara pulang ke Rusia," kata Lavrov yang berdiri di sebelah Truss.