Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik di Afghanistan

Siapa yang Bakal Memerintah Afghanistan setelah Taliban Mengambil Alih?

Terdapat beberapa pimpinan Taliban yang disebut-sebut akan memerintah Afghanistan setelah berhasil merebut Kabul pada 15 Agustus 2021 lalu.

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Tiara Shelavie
Tangkap layar AlJazeera
Taliban saat menguasai istana presiden di ibu kota Afghanistan, Kabul, Minggu (15/8/2021). 

Beberapa analis melihatnya sebagai tanda penghormatan tinggi komando Taliban terhadap Yaqoob bahwa ia dipilih untuk turun tangan sebagai pengganti sementara Akhundzada.

Baca juga: Taliban Rayakan Hari Kemerdekaan Afghanistan, Tantangan Besar Menanti

Baca juga: Cerita WNI yang Tinggal di Afghanistan Saat Pasukan Taliban Memasuki Kabul

Akhundzada sempat terkena Covid-19 pada Mei 2020, menurut seorang tokoh senior Taliban yang berbicara kepada Foreign Policy.

Tetapi pengamat lain menganggap bahwa ini melebih-lebihkan peran Yaqoob.

Dikatakan bahwa masa jabatannya sebagai penjabat pemimpin tertinggi Taliban murni simbolis, dimotivasi oleh dia sebagai putra Mohammad Omar.

4. Sirajuddin Haqqani

Sirajuddin Haqqani adalah pemimpin kelompok jihad yang menyandang nama keluarganya.

Jaringan Haqqani didirikan oleh ayah Sirajuddin, Jalaluddin pada 1980-an dan berawal dari perang melawan Uni Soviet.

Mereka memberikan kesetiaan mereka kepada Taliban pada tahun 1995, dan menjadi semakin terintegrasi ke dalam perang Taliban melawan AS dan sekutunya dari tahun 2001.

Jaringan Haqqani juga mengelola aset militer Taliban di pangkalan mereka di sepanjang perbatasan dengan Pakistan.

Sirajuddin menjadi kepala jaringan Haqqani setelah kematian Jalaluddin pada 2018.

Baca juga: Pasukan Taliban Mulai Tembaki Warga yang Protes Pengibaran Bendera Afghanistan

Baca juga: Taliban Umumkan Pembentukan Emirat Islam Afghanistan, Dibentuk Dewan Penguasa

Dia ada dalam daftar tersangka paling dicari FBI, yang menggambarkannya sebagai 'bersenjata dan berbahaya'.

Kelompok jihadis telah disalahkan atas serangkaian serangan teroris di Afghanistan, termasuk serangan mematikan Hotel Serena 2008 di Kabul, di mana Sirajuddin Haqqani mengaku bertanggung jawab.

Dia menulis sebuah opini untuk New York Times pada Februari 2020, segera sebelum penandatanganan Perjanjian Doha, mencoba menghadirkan sisi yang lebih lembut kepada Taliban.

Haqqani memulai dengan mengatakan bahwa dia "yakin bahwa pembunuhan dan melukai harus dihentikan".

Kritikus mengejek artikel itu, dengan alasan bahwa itu tidak jujur.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Berita lainnya seputar Konflik di Afghanistan

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved