Perubahan iklim: Mengapa kebijakan China soal iklim penting bagi negara lain, termasuk Indonesia?
Pertempuran global melawan perubahan iklim kemungkinan akan menang atau kalah di China.
Stasiun pembangkit listrik batu bara yang baru biasanya aktif selama 30 hingga 40 tahun, sehingga China perlu mengurangi kapasitas pabrik baru serta menutup yang lama, apabila ingin menurunkan emisi, kata peneliti Philippe Ciais dari Institut Ilmu Lingkungan dan Iklim di Paris .
Dimungkinkan untuk melakukan retrofit guna menekan emisi, tetapi piranti teknologi yang mampu melakukannya dalam skala besar sejauh ini masih berkembang, dan banyak pabrik harus ditutup setelah penggunaan minimal.
China berpendapat bahwa mereka memiliki hak untuk melakukan apa yang telah dikerjakan negara-negara Barat di masa lalu, melepaskan karbon dioksida dalam proses mengembangkan ekonominya dan mengurangi kemiskinan.
Negara ini juga telah membiayai pembangkit listrik tenaga batu bara di luar China melalui inisiatif Belt and Road, walaupun saat ini mereka sepertinya mengurangi investasi baru.
Tetapi Cina beralih ke energi hijau
Para peneliti Universitas Tsinghua mengatakan 90% tenaga listrik harus berasal dari nuklir dan energi terbarukan pada 2050.
Saat bergerak menuju tujuan tersebut, keunggulan China dalam mengembangkan teknologi hijau, seperti panel surya dan baterai berskala besar, barangkali bisa sangat membantu.
China pertama kali menggunakan teknologi hijau sebagai sarana untuk mengatasi polusi udara, yang merupakan persoalan serius bagi banyak kota.
Tetapi pemerintah juga meyakini bahwa mereka memiliki potensi ekonomi yang sangat besar, menyediakan lapangan kerja dan pendapatan bagi jutaan orang China, serta mengurangi ketergantungan China pada minyak dan gas dari negara asing.
"China sudah memimpin transisi energi global," kata Yue Cao dari Overseas Development Institute.
"Salah satu alasan kami dapat menerapkan teknologi hijau yang lebih murah dan lebih murah adalah China."

Cina menghasilkan lebih banyak tenaga surya ketimbangnegara lain. Hal itu mungkin tidak begitu mengesankan mengingat populasi China yang sangat besar, tetapi ini merupakan sinyal ke mana arah negara itu ke depan.
Instalasi tenaga angin China lebih dari tiga kali lipat dari negara lain mana pun pada 2020.
China mengatakan proporsi energi yang dihasilkan dari sumber bahan bakar non-fosil harus 25% pada 2030, dan diharapkan oleh banyak pengamat untuk mencapai target lebih awal.
Penggerak listrik
China menempati urutan ketujuh di dunia untuk persentase penjualan mobil listriknya, tetapi mengingat ukurannya yang besar, China membuat dan membeli lebih banyak mobil listrik daripada negara lain dengan selisih yang cukup besar.