Minggu, 5 Oktober 2025

Perang Afghanistan berkecamuk lagi, membuat rumah sakit kewalahan merawat korban luka yang terus bertambah

Ketika pasukan Afghanistan bertempur mencegah tiga kota besar jatuh ke tangan Taliban, warga sipil terjebak dalam pertempuran sengit. Dokter

Dari 482 pasien yang dirawat di rumah sakit antara Mei hingga Juli, hampir 90 persen di antaranya mengalami cedera akibat tembakan dari beberapa jenis peluru. MSF mengatakan akan ada lebih banyak korban luka yang tak bisa mencapai ke rumah sakit.

"Konflik ini mempengaruhi semua orang. Bahkan di rumah sakit, kami tidak merasa betul-betul aman ketika mendengar suara tembakan," kata dia.

"Ada pertempuran di mana-mana. Kami mendengar banyak suara di rumah sakit kami."

PBB menyatakan pada Selasa bahwa sedikitnya 40 warga sipil tewas dalam 24 jam terakhir.

'Taliban ada di mana-mana'

A general view of Lashkar Gah, the capital city of Helmand province.
Getty Images
Militan Talibat telah memasuki kota Lashkar Gah.

Pasukan pemerintah Afghanistan telah meminta sekitar 200.000 penduduk Lashkar Gah untuk pergi. Pasukan angkatan udara mengebom posisi para pemberontak dan ada laporan yang menyatakan pertempuran memanas di dekat markas polisi.

Taliban telah merebut lebih dari selusin stasiun radio dan TV lokal.

"Taliban ada di mana-mana di kota, Anda dapat melihat mereka dengan sepeda motor di jalan-jalan," cerita seorang penduduk kepada kantor berita AFP tanpa menyebut nama.

"Mereka menangkap atau menembak orang-orang yang memiliki telepon pintar," lanjut dia lagi.

Seorang warga bernama Saleh Mohammad mengatakan ratusan keluarga berhasil melarikan diri, tapi banyak juga di antaranya yang terjebak di tengah baku tembak.

"Tidak ada cara untuk melarikan diri dari daerah itu, karena pertempuran sedang berlangsung. Tak ada jaminan bahwa kami tidak akan terbunuh di jalan," kata Mohammad.

"Pemerintah dan Taliban menghancurkan kami," ucap dia lagi kepada AFP.

Dokter Khan belum bisa pulang selama dua hari terakhir karena pertempuran masih bergolak. Sebagaimana stafnya, ia tinggal di rumah sakit.

"Akses ke rumah sakit sangat sulit. Jadi kami tinggal di rumah sakit. Kami bekerja siang dan malam dan tidur di bunker."

Seorang dokter merawat pasien
MSF
MSF mengatakan banyak pasien terpaksa menunggu di rumah karena perang masih berlangsung.

Menurut Dokter Khan, jumlah pasien dan kebutuhan meningkat tetapi pasokan medis serta staf justru menurun.

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved