Senin, 6 Oktober 2025

Perang Afghanistan berkecamuk lagi, membuat rumah sakit kewalahan merawat korban luka yang terus bertambah

Ketika pasukan Afghanistan bertempur mencegah tiga kota besar jatuh ke tangan Taliban, warga sipil terjebak dalam pertempuran sengit. Dokter

Rumah sakit di Kandahar, kota kedua Afghanistan, juga dilaporkan menangani lebih banyak pasien.

"Dalam tiga minggu kami menerima 145 jenazah," kata Dokter Daud Farhad, Kepala Rumah Sakit Merwais di Kandahar.

Menurut dia, situasi saat ini menjadi lebih baik karena pasukan pemerintah kembali menghalau serangan Taliban yang dimulai sejak tiga pekan lalu.

dokter
BBC News
Sebuah rumah sakit di kota terbesar kedua Kandahar telah menangani ratusan korban.

Dokter Farhad mengatakan kepada BBC bahwa pada hari-hari tertentu, mereka bisa menerima 10 hingga 30 pasien luka korban.

Rumah sakit Merwais memiliki 115 dokter dan 600 tempat tidur, tetapi mereka juga telah mendirikan bangsal darurat dengan kapasitas 30 tempat tidur terpisah untuk menangani kian banyaknya korban.

"Tiga minggu lalu, Taliban tiba di dekat kota dan kami mulai menerima korban. Sampai sekarang kami telah menerima 513 kasus," urai dia.

"Warga sipil yang terluka mencapai 80 persen. Di antara mereka ada yang terluka parah, 110 di antaranya anak-anak, sekitar 75 pasien adalah perempuan."

Kekurangan staf

Makeshift ward in a hospital
BBC
Rumah sakit Merwais menambah 30 tempat tidur sementara untuk menangani banyaknya pasien.

Dokter Farhad mengatakan bahwa rumah sakitnya—tempat di mana Palang Merah Internasional juga beroperasi—memiliki stok obat-obatan yang cukup dan mampu memberikan perawatan yang baik.

Tapi karena begitu parahnya cedera, ia khawatir beberapa dari mereka yang terluka berpotensi meninggal dalam beberapa hari mendatang.

"Kami menangani luka tembak, luka ranjau, luka bakar, shock akibat ledakan bom, luka pecahan peluru. Ada pasien yang kehilangan kaki dan tangan," terang Dokter Farhad.

Konflik telah mengakibatkan ribuan orang mengungsi dan, di banyak kota besar juga kecil, beberapa di antara mereka adalah dokter.

"Sebagian besar dokter kami tinggal di rumah sakit, tetapi perawat dan staf medis lainnya yang tinggal di luar rumah sakit sulit untuk datang ke rumah sakit. Kami juga kekurangan staf non-medis," tambah Dokter Farhad.

MSF menyatakan sejak Mei, para staf juga telah menyaksikan alarm peningkatan yang mengkhawatirkan dari tingkat keparahan penyakit pasien.

Dia pun menambahkan, "Orang-orang telah menggambarkan bahwa bagaimanapun, betatapun mereka membutuhkan perawatan medis, mereka terpaksa harus menunggu di rumah sampai pertempuran mereda atau mengambil rute alternatif yang berbahaya".

"Dengan perang yang berlangsung tak jauh dari rumah sakit Boost, dan orang-orang yang terlalu takut untuk meninggalkan rumah karena kekerasan di mana-mana, akses ke perawatan kesehatan menjadi sangat terbatas."

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved