Vladimir Putin Salahkan Arab Saudi Soal Virus Corona dan Jatuhnya Harga Minyak
Presiden Rusia Vladimir Putin menyalahkan jatuhnya harga minyak belum lama ini pada penarikan Arab Saudi dari kesepakatan OPEC + atas pasokan minyak
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin menyalahkan jatuhnya harga minyak belum lama ini dalam penarikan Arab Saudi dari kesepakatan OPEC + atas pasokan minyak.
Tak hanya itu saja, Putin juga menyalahkan Arab Saudi atas dampak virus corona pada permintaan, Jumat (3/4/2020).
Melansir The Edge Markets, pada pertemuan dengan Menteri Energi Alexander Novak, Putin mengatakan, Arab Saudi berencana untuk menyingkirkan pesaing minyak serpih.
Untuk melakukannya, mereka mendorong harga lebih rendah dari 40 dolar Amerika per barel.
Baca: Vladimir Putin Kirim Pesawat Bantuan Medis ke Amerika Serikat, Picu Kontroversi Donald Trump
Baca: Dokter RS di Rusia Positif Corona, Pernah 2 Kali Jabat Tangan Vladimir Putin

Teguran Keras Arab Saudi kepada Rusia
Melansir Star Tribune, Arab Saudi terang-terangan mengkritik Rusia karena menyalahkan Arab Saudi terkait jatuhnya harga minyak secara global.
Hal itu menunjukkan ketegangan menjelang pertemuan darurat OPEC dan produsen minyak lainnya.
Harga minyak turun tajam setelah kelompok negara OPEC + termasuk Rusia gagal menyetujui pengurangan produksi pada awal Maret 2020.
Baca: Arab Saudi Larang Warga Madinah dan Makkah Lakukan Kegiatan di Luar Rumah Cegah Penyebaran Corona
Baca: Hindari Penyebaran Virus Corona, Arab Saudi Berlakukan Jam Malam di Mekkah dan Madinah
Perang Harga Minyak
Perang harga minyak dimulai setelah itu.
Arab Saudi mengancam akan merebut kembali pangsa pasar.
Bahkan ketika pandemi virus corona yang membuat permintaan turun tajam lantaran maskapai penerbangan di seluruh dunia menghentikan penerbangan.
Patokan internasional, minyak mentah Brent turun menjadi sekitar 24 dolar Amerika per barel.
Baca: Trump Lempar Isu, Harga Minyak Bisa Terus Meroket hingga 30 Dolar AS Per Barel
Baca: Terdorong Sentimen Harga Minyak, Rupiah Bergerak Menguat ke Level Rp 16.445 per Dollar AS
Harga sedikit membaik setelah tweet Presiden AS Donald Trump yang menyinggung perlunya pengurangan produksi.
Namun perselisihan antara Arab Saudi dan Rusia dapat mengganggu kesepakatan yang muncul dari teleconference yang direncanakan Senin (30/3/2020).
Kritik Arab Saudi
Lebih jauh, kemarahan itu dapat dilihat pada Sabtu pagi dalam dua pernyataan yang dirilis kantor berita Saudi Press Agency.
Yang pertama datang dari Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan.
"Rusia adalah pihak yang menolak perjanjian itu, sementara Arab Saudi dan 22 negara lainnya berusaha membujuk Rusia untuk melakukan pemotongan lebih lanjut dan memperpanjang perjanjian," kata dia.
Dia juga mengatakan, dugaan perselisihan Rusia terntamg "kerajaan berencana untuk menyingkirkan produsen minyak serpih" juga salah.
Lebih jauh, produsen minyalk serpih dari AS telah menjadikan Amerika sebagai satu produsen top dunia.
Namun, mereka juga sangat terpukul dengan jatuhnya harga.
Baca: Rusia Perpanjang Lockdown, Sejumlah Penerbangan Ditangguhkan, Warga Amerika Tertahan di Bandara
Baca: Kamis Hingga Jumat, 1.480 Warga Amerika Serikat Meninggal akibat Pandemi Corona
Selanjutnya, Trump telah bertemu dengan produsen yang peduli tentang hal itu.
Pernyataan kedua datang dari Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman, satu di antara putra Raja Salman.
Sang pangeran mengkritik Menteri Energi Rusia, Alexander Novak karena menyarankan Arab Saudi ingin memotong produsen serpih.
Pernyataan Arab Saudi kemungkinan besar untuk meredakan kemungkinan adanya konfrontasi antara Arab Saudi dan Trump.
Diketahui, Trump mencuit, Arab Saudi dan Rusia "akan mengurangi sekitar 10 juta barel" tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Tweet dan komentar publik Trump telah mempengaruhi harga minyak di masa lalu.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)