Virus Corona
Melihat Cara Korea Selatan dan Singapura Atasi Corona, Dipuji Dunia dan Dijadikan Rujukan
Keseluruhan proses, dari ampul berisi sampel hingga didapat hasil tes mencapai lima sampai enam jam.
Setidaknya terdapat dua pasien yang meninggal dunia saat menunggu mendapat ranjang rumah sakit di Daegu, kota yang terpapar paling parah.
Reaksi awal Korsel adalah mengarantina semua orang yang terinfeksi virus di rumah sakit.
Namun, kini para dokter memahami cara jitu, yakni menangani pasien dengan gejala ringan di kawasan permukiman sehingga ranjang rumah sakit bisa ditempati pasien yang memerlukan penanganan segera.
"Kami tidak bisa mengarantina dan merawat semua pasien. Mereka yang punya gejala ringan harus tinggal di rumah dan mendapat penanganan," jelas Dr Kim Yeon-Jae, spesialis penyakit menular dari Korea National Medical Centre.
"Kami harus mengubah tujuan akhir kami, yaitu menurunkan tingkat kematian. Jadi negara lain seperti Italia yang banyak pasiennya, harus mengubah strategi mereka juga."
Di manapun virus corona menjangkiti orang dalam jumlah banyak, tempat pengujian yang bongkar-pasang langsung tersedia.
Pekan ini di Seoul, ada wabah massal di sebuah call centre. Sejumlah tenaga medis dikumpulkan di luar gedung, dan segera mengambil sampel swab dari ratusan karyawan di dalam gedung.
Harapan vaksin
Darah para pasien yang sembuh kini dipantau dan dianalisa.
Para ilmuwan telah mengembangkan sebuah protein "unik" yang bisa mendeteksi antibodi. Harapannya adalah hal ini bisa membantu menciptakan sebuah vaksin di masa mendatang.
Salah satu mantan pasien yang menjalani tes darah mingguan adalah Lee (dia tidak ingin nama lengkapnya disebutkan).
Pada Desember lalu, dia bekerja di Wuhan, China, ketika virus corona melanda kota itu. Dia diterbangkan ke kampung halaman oleh pemerintah Korsel dan saat berada di karantina dekat Seoul, dirinya teruji positif mengidap Covid-19.
Ibunya merasa deg-degan.
"Orang-orang di sekitar saya sangat risau. Saya mendengar ibu saya menangis setiap malam."
Tapi sang ibu dapat lega. Anaknya yang berusia 28 tahun itu mengalami gejala ringan.
"Saya merasa baik dan hampir tidak ada gejala, hanya sedikit batuk. Belajar dari pengalaman pribadi, penting untuk waspada. Namun, saya berharap orang-orang tak seberapa takut pada virus itu."
"Setidaknya bagi saya, virus tersebut terasa lebih lemah dari demam biasa. Saya paham mereka yang berusia lebih tua harus hati-hati. Tapi, bagi anak muda seperti saya yang sehat, mereka tidak perlu terlalu cemas. Tentu, penting untuk mengambil langkah-langkah pencegahan."
'Lebih baik tahu'
Langkah-langkah pencegahan yang ditempuh Korea Selatan sejauh ini tidak melibatkan penutupan kawasan atau lockdown, tidak ada blokade jalan, dan tidak ada pembatasan pergerakan.
Telusuri, tes, dan tangani adalah kuncinya.
Memang sekolah-sekolah di Korsel masih ditutup, kantor-kantor mendorong karyawannya bekerja dari rumah, acara kumpul dihentikan.
Akan tetapi, secara perlahan, hari demi hari, makin banyak orang kembali ke jalanan Kota Seoul. Restoran, bus, dan kerea bawah tanah mulai kembali sibuk.
Berurusan dengan ancaman virus corona adalah kondisi baru yang dihadapi.
Kebanyakan orang memakai masker (jika bisa mendapatkannya). Ada sejumlah kamera pengindera panas di pintu masuk gedung-gedung besar.
Botol-botol berisi cairan alkohol pencuci tangan ditempatkan di dalam lift. Bahkan ada orang-orang mengenakan kostum di pintu masuk kereta bawah tanah yang mengingatkan orang untuk mencuci tangan.
Para pejabat kesehatan terlihat sangat waspada dan memperingatkan tiada celah untuk lengah. Wabah besar di gereja, kantor, ruangan berolahraga, atau blok apartemen bisa mengubah segalanya.
Lantas bagaimana dengan Rachel Kim?
Dia mendapat pesan teks sehari setelah tes virus corona. Dia dinyatakan tidak mengidap Covid-19.
Bagaimanapun, dia lega telah melakukan tes.
"Lebih baik untuk tahu. Dengan demikian, saya tidak membahayakan orang lain."
BAGAIMANA STRATEGI SINGAPURA?
Pada akhir Januari 2020, Singapura sempat menjadi negara dengan kasus virus corona terbanyak selain China.
Meski begitu, hingga kini (18/3/2020), tidak ada kematian akibat virus corona di negara seribu satu larangan ini.
Dilansir SCMP (18/3/2020), jumlah kasus di Singapura 266 kasus dengan 0 kematian.
Lantas bagaimana Singapura menangani penyebaran virus corona di negaranya?
Dikutip New York Times (17/3/2020), intervensi adalah kuncinya.
Selain itu penelusuran yang teliti, menjaga jarak sosial, dan karantina yang ditegakkan.
Baca: BREAKING NEWS: Belgia Lockdown, Ada 1200 Kasus Lebih
Semuanya dikoordinasikan oleh seorang pemimpin yang bertindak cepat dan transparan.
Singapura hanya butuh waktu 2 jam untuk mengungkap rincian pertama tentang bagaimana pasien tertular virus corona dan orang yang mungkin mereka infeksi.
Pemerintah dapat dengan mudah mengetahui:
- Apakah mereka bepergian ke luar negeri?
- Apakah mereka memiliki hubungan ke salah satu dari lima kelompok (kluster) penularan yang diidentifikasi di seluruh negara?
- Apakah mereka batuk pada seseorang di jalan?
- Siapa teman dan keluarga mereka, serta teman minum dan rekan mereka dalam beribadah?
Keterbukaan informasi
Di Singapura, informasi seperti detail tempat pasien tinggal, bekerja, dan bermain dirilis dengan cepat secara online.
Singapura memanfaatkan CCTV dan catatan imigrasi untuk mengungkapnya.
Selain itu Singapura memiliki 140 pelacak kontak yang menjabarkan riwayat kasus setiap pasien. Mereka bekerjasama dengan polisi dan layanan keamanan setempat.
Pengendalian penyakit melanggar kebebasan individu, tapi masyarakat Singapura mau menerima perintah atau aturan dari pemerintah untuk kesehatan bangsanya.
Aturan saja tidak cukup. Masyarakat juga harus tertib mengikuti aturan yang dibuat pemerintah.
Hal itu memungkinkan orang lain melindungi diri mereka sendiri.
Pemerintah juga memiliki klinik khusus untuk epidemi. Selain itu pemerintah mengeluarkan pesan resmi yang mendesak masyarakat untuk mencuci tangan dan mengatur tata cara bersin selama flu.
Kebijakan lain yang dibuat Singapura adalah pelarangan wisatawan mulai akhir Januari.
Singapura menjadi salah satu negara yang melarang wisatawan dari China.
Karantina
Selain itu orang yang dekat dengan pasien dikarantina untuk membatasi penyebaran.
Di negara berpenduduk 5,7 juta orang itu, pemerintahnya mengembangkan kemampuan untuk menguji lebih dari 2.000 orang per hari.
Pengujian sampel itu gratis. Demikian juga perawatan medis untuk semua penduduk.
Orang yang diketahui dekat dengan pasien dimasukkan ke dalam karantina wajib untuk menghentikan penularan lebih lanjut.
Hampir 5.000 orang telah diisolasi. Bagi mereka yang menghindari perintah karantina dapat menghadapi dakwaan pidana.
Semua pasien pneumonia di Singapura diuji coronavirus. Begitu juga orang-orang yang sakit parah.
Kasus positif telah diidentifikasi di bandara, di klinik pemerintah dan, paling sering, melalui pelacakan kontak.
Sistem kesehatan masyarakat di Singapura telah dibangun bertahun-tahun.
Beberapa tahun yang lalu, Singapura menghadapi wabah SARS. Kini mereka telah belajar.
Pemimpin program pelacakan kontak di Singapura Kurupatham mengungkapkan, selama masa damai mereka merencanakan penanganan epidemi seperti ini.
Dia telah bekerja 16 jam sehari selama 2 bulan.
Singapura di awal wabah
Saat awal wabah virus corona muncul, Singapura sangat rentan karena banyak orang China datang selama liburan tahun baru Imlek.
Pada Januari lusinan kasus dikonfirmasi Singapura.
Namun justru itu mencerminkan pengujian yang luas dan tersedia secara bebas.
Direktur program penyakit menular di Duke-National University of Singapore Medical School Linfa Wang mengatakan, pemerintah sangat transparan dan karena angka (yang besar itu) berarti pemerintah sangat efektif dalam melacak dan mengisolasi setiap kasus.
Hingga Selasa (17/3/2020) malam, Singapura memiliki 266 kasus yang dikonfirmasi. Hanya sebagian kecil yang merupakan misteri.
Hampir 115 pasien telah keluar dari rumah sakit.
Saat ini Singapura sudah tidak mengkhawatirkan transmisi lokal atau penularan dari orang-orang dari dalam negeri. Tapi sekarang mereka berfokus pada kasus-kasus impor atau imported cases.
Sumber: BBC Indonesia dan Kompas.com