PascaPerang Dunia II tentara dilatih 'tanpa belas kasih' saat bertempur
Seusai Perang Dunia II, sebuah kajian militer yang kontroversial menyebut mayoritas prajurit AS yang terlibat dalam pertempuran sejatinya tidak
Akan tetapi, latihan menyerang menggunakan sangkur masih diteruskan guna membangun sikap agresif terhadap musuh—bukan berarti latihan ini akan diterapkan pada medan tempur.

Semua metode ini dimaksudkan untuk membangun kekebalan dalam hati nurani untuk membunuh.
Mayor F.D.G. Williams dalam Doktrin dan Pelatihan Militer AS menulis: "Ide-idenya tampak disambut baik kemudian pudar. Namun, faktanya, observasi Marshall dan anjuran-anjurannya berujung pada banyak perbaikan."
Kontroversi
Namun tidak semua kalangan militer mendukung karya Marshall. Kritik tajam pada akhirnya mencoreng reputasinya.
Di samping catatannya yang dipertanyakan, beberapa serdadu yang diwawancarainya belakangan mengaku Marshall tidak pernah bertanya apakah mereka pernah menembakkan senjata.
Marshall juga tidak pernah mengemukakan analisis statistik untuk mendukung angka-angka estimasi yang dibuatnya.

Menurut penulis Kanada, Robert Engen: "Ada kemungkinan bahwa rasio jumlah penembakan yang terkenal itu direkayasa berdasarkan pemikiran Marshall soal pertempuran."
"Terlepas dari semua karya historisnya—dan jumlahnya banyak—Marshall adalah pria yang mengalami rabun akademis dan melihat apa yang dia ingin lihat."
Namun, yang terutama adalah klaim-klaimnya—semisal pengakuan pernah memimpin pasukan dalam Perang Dunia I dan menjadi perwira termuda dalam seluruh pasukan tempur Amerika di luar negeri—sepenuhnya salah.
Dia baru diberi pangkat sebagai perwira pada 1919, kemudian berpartisipasi di Eropa dengan mengawal para serdadu ke kampung halaman setelah perang berakhir.

Argumen-argumennya juga membuat kesal para tentara veteran yang merasa reputasi mereka tercoreng.
Seorang sersan tua mempertanyakan teori Marshall dengan sinis, "Apakah para perwira militer berpikir kami memukuli tentara Jerman sampai mati?"
Estimasi 15% sampai 20% yang dikemukakan Marshall masih sering dikutip sumber-sumber kredibel sampai sekarang, jauh setelah landasan argumennya dipertanyakan.
Namun, warisan Marshall tidak diragukan. Karya-karyanya membuat segenap serdadu di seluruh penjuru dunia menjadi mesin pembunuh yang lebih efisien.