Sabtu, 4 Oktober 2025

PascaPerang Dunia II tentara dilatih 'tanpa belas kasih' saat bertempur

Seusai Perang Dunia II, sebuah kajian militer yang kontroversial menyebut mayoritas prajurit AS yang terlibat dalam pertempuran sejatinya tidak

Dia melanjutkan penelitiannya pada Perang Korea dan melaporkan rasio penembakan bertambah menjadi 55%.

Di Vietnam, rasio penembakan naik lebih tinggi. Sebuah kajian menemukan bahwa 90% tentara AS menembakkan senjata mereka ke pihak lain.

Metodologi

Marshall mengemukakan istilah "wawancara setelah pertempuran".

Caranya, dia mengunjungi pasukan di garis depan—dia mengklaim telah berbincang dengan lebih dari 400 orang—sesaat setelah pertempuran dan berbicara dengan tentara yang terlibat.

Tanpa menyebut identitas, para tentara itu mengemukakan apa yang mereka lakukan dalam pertempuran dan Marshall mencatatnya. Namun, kalangan yang mengritik Marshall mengatakan hanya sedikit buku catatan yang pernah ditemukan.

Kalangan pengritik juga menuding Marshall tidak pernah mewawancarai prajurit yang terluka, atau karena alasannya jelas, mereka yang kemudian tewas.

as
Reuters
Sejumlah tentara AS membantah apa yang disebutkan dalam wawancara dengan Marshall.

Dari catatan-catatan itu, Marshall membangun teori, yaitu mayoritas tentara AS yang berperang melawan Jerman dan Jepang terlalu takut menembak musuh.

Mereka tidak takut mati, menurutnya, tapi takut membunuh.

Penuturan Marshall ini kemudian didengar oleh para jenderal di Washington.

Teknik pelatihan

Semula latihan menembak bagi tentara AS biasanya menggunakan sasaran jarak jauh di lapangan tembak.

Namun, latihan semacam ini tidak mirip dengan kondisi pertempuran yang sebenarnya dan tidak menyiapkan serdadu untuk menembak manusia.

as
Getty Images
Pasukan AS pada 1940-an menggunakan sasaran sederhana.

Kemudian setelah Perang Dunia II, militer mulai memakai sasaran berupa bayangan manusia.

Hal ini, diharapkan, akan membantu mengatasi ketakutan agresi.

Target menembak juga akan muncul secara tiba-tiba pada jarak yang beragam, lantas tentara diperintahkan menembak secara cepat untuk merangsang refleks menembak.

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved