Gajah Asia 'hadapi ancaman' perburuan kulit, kata pegiat konservasi
Menjelang hari gajah sedunia pada tanggal 12 Agustus, para konservasionis mengingatkan perlunya langkah drastis untuk melindungi gajah, termasuk
Tahun 2013, penjaga hutan di Vietnam menemukan gajah yang dikuliti di distrik Minh Hoa, membuka kemungkinan bahwa gajah di sana berada dalam bahaya.
Populasi gajah liar di Vietnam sebanyak 100 ekor.

China kini mulai membatasi praktik perdagangan produk-produk ilegal dari satwa liar. Namun para pedagang beralih ke perdagangan daring.
"Ini sangat sulit untuk diawasi dan diberantas," kata David M. Augeri.
Para peneliti mengatakan pembayaran dilakukan lewat transfer bank dan aplikasi pembayaran daring.
Perdagangan
"Kulit kalah berharga dibanding gading — tetapi industri busana memiliki dinamikanya sendiri. Jika ada permintaan tiba-tiba, ini akan berdampak buruk terhadap gajah", kata Sandeep Kumar Tiwari, manajer program di IUCN.

Peneliti dari Elephant Family menemukan pedagang di Myanmar menjual kulit gajah US$108 (sekitar Rp1,5 juta) per kilogram.
Di kota Guangzhou di China, harganya US$200 (Rp2,8 juta), tetapi harga daringnya bisa sampai US$285 (Rp4 juta).
Manik-manik berkualitas tinggi yang dibuat dari kulit gajah bisa mencapai US$32 (Rp454.000) per gram.
Peringatan
Harga-harga ini bisa mendorong terus permintaan terhadap kulit gajah, yang bisa membahayakan populasi hewan ini.
Beberapa aksi sudah dilakukan, misalnya Myanmar meminta China untuk memberantas perdagangan ini.

Polisi menangkap sepuluh orang pemburu gajah belum lama ini, menyita daging gajah dari mereka.
Kelompok perlindungan gajah menyatakan aksi-aksi ini belum cukup dan perlu ada langkah yang lebih mendesak.
Elephant Family yakin perdagangan kulit gajah ini merupakan ancaman besar terhadap populasi hewan yang sudah rentan ini.