Gajah Asia 'hadapi ancaman' perburuan kulit, kata pegiat konservasi
Menjelang hari gajah sedunia pada tanggal 12 Agustus, para konservasionis mengingatkan perlunya langkah drastis untuk melindungi gajah, termasuk
"Terkadang mereka dilumpuhkan, dan mulai dikuliti sebelum mati. Mereka dikuliti dengan sangat detil, oleh orang-orang yang sangat ahli."
- 'Seratus gajah dibunuh per hari,' kritikan terhadap rencana Trump izinkan impor buruan gajah
- Gajah dibunuh demi pelestarian lingkungan, apakah bisa diterima?
- Anak gajah menjerit karena dilempari petasan: Foto yang meraih penghargaan
Kelompok LSM Elephant Family menemukan pedagang mencampur bubuk kulit dengan sisik trenggiling dan dijual sebagai obat tradisional.
Terancam punah
Gajah ditemukan di 13 negara di Asia. Total populasinya di alam liar kurang dari 50.000, dan hampir 60% berada di India.
Lembaga International Union for Conservation of Nature (IUCN) meggolongkan gajah Asia sebagai hewan yang terancam punah.
Gajah betina Asia tak memiliki gading, ini berbeda dengan gajah Afrika.
Namun kini mereka juga terancam karena yang diburu adalah kulit mereka.
"Perburuan kulit ini tak pilih-pilih, berdampak terhadap gajah perempuan dan anak-anak. Penting sekali untuk sadar dampak perburuan kulit dan daging ini lebih besar daripada perburuan gading," kata Peter Leimgruber, kepala Smithsonian Conservation Biology Institute.
Permintaan
Di Myanmar, menurut catatan resmi, sekurangnya 207 ekor gajah dibunuh antara 2010 hingga 2018.

Jumlah ini besar karena menurut perkiraan, hanya ada 2.000 gajah liar di Myanmar.
"Perburuan sudah menjadi masalah sejak 2010," kata Dr. Nyi Nyi Kyaw, Direktur Jenderal di Departemen Kehutanan Myanmar.
Tahun 1940-an, jumlah gajah liar di Myanmar sekitar 10.000.
"Kini seluruh tubuh gajah jadi permintaan, terutama dari China. Gading dibeli untuk obat. Kulit dipakai untuk membuat manik-manik. Daging mereka dipakai untuk berbagai keperluan. Karena permintaan pasar ini maka gajah diburu secara ilegal," kata Dr. Kyaw.

Peneliti dari Smithsonian Institute memasang radio di leher 19 ekor gajah untuk mengetahui gerak perpindahan mereka di Myanmar. Namun antara Maret 2015 dan Juni 2017 mereka menemukan tujuh di antaranya dibunuh dan dua lagi menghilang.
Lebih jauh lagi, bulan Maret 2017, peneliti menemukan bangkai 20 gajah di satu lokasi di wilayah Delta Ayeyarwady.