Gajah Asia 'hadapi ancaman' perburuan kulit, kata pegiat konservasi
Menjelang hari gajah sedunia pada tanggal 12 Agustus, para konservasionis mengingatkan perlunya langkah drastis untuk melindungi gajah, termasuk
Peringatan: Artikel ini berisi gambar mengerikan gajah yang dikuliti
"Rasanya seperti ditonjok di perut, dan saya tak tahan melihat foto-foto itu. Pertama kali dalam hidup, saya merasa tak berdaya," kata Christy Williams, Country Director World Wide Fund for Nature (WWF) Myanmar.
Williams menggambarkan saat-saat ia melihat gambar gajah dikuliti.
"Kulit mereka dikupas dan yang bisa Anda lihat adalah daging merah yang mati," katanya kepada BBC.
- Gagalkan penyelundupan 8,8 ton gading gajah, aparat Singapura catat 'penyitaan terbesar'
- Gajah-gajah yang stres karena dikejar dan diusir manusia
- Petugas bea cukai Cina sita gading mamut purba
"Banyak yang saya lihat dalam 20 tahun hidup saya meneliti dan menyelamatkan gajah, tapi yang saya saksikan ini benar-benar berbeda."
Bukti
Dua hal yang dihubungkan dengan penurunan jumlah gajah adalah perburuan gading dan perusakan hutan.
Namun ada bukti tentang meningkatnya permintaan terhadap kulit gajah yang mengancam gajah Asia.

Bukti perdagangan kulit gajah muncul di pertengahan 1990-an di China, tapi kini hal itu tak hanya terjadi di negeri itu.
"Perdagangan kulit gajah tersebar ke seluruh wilayah. Kami menemukan bukti di lima negara Asia: China, Myanmar, Laos, Vietnam dan Kamboja," kata David M. Augeri, kepala konservasi Elephant Family, sebuah LSM Inggris.
Apa yang mendorong permintaan itu?
Obat
Kulit gajah dibuat jadi bubuk dan digunakan sebagai obat di China untuk mengobati sariawan, inflamasi perut, bahkan kanker perut.
Bubuk ini juga dicampur dengan lemak gajah untuk membuat krim untuk mengobati infeksi kulit.
Industri busana membelinya untuk membuat perhiasan. Kulit gajah terkadang dibuat menjadi manik-manik, gelang, kalung dan liontin.
Pembantaian
Gajah di Myanmar kini diburu tanpa tanpa pilih-pilih untuk memenuhi permintaan ini.
