Sabtu, 4 Oktober 2025

Perempuan-perempuan Pakistan dijadikan budak seks di China dengan kedok pernikahan

Kisah Sophia (bukan nama sebenarnya) yang merupakan seorang perempuan Kristen dari Pakistan, yang menjadi budak seks di China.

Orang tuanya menolak untuk membayar kembali dan pergi ke Lahore untuk menyelamatkannya. Sang perantara akhirnya menyerah.

Proyek di Pakistan
AFP
Perusahaan-perusahaan China berinvestasi miliaran di Pakistan - dan ribuan pekerja datang membanjiri negara itu dalam beberapa tahun terakhir.

Meski baru-baru ini polisi memusatkan perhatian dan melakukan penggerebekan terhadap perdagangan perempuan-perempuan muda Kristen yang miskin, namun BBC menemukan bahwa komunitas Muslim juga terpengaruh.

Seorang perempuan Muslim dari lingkungan miskin di Lahore yang pergi ke China bersama suaminya pada bulan Maret mengatakan, ia harus menghadapi penganiayaan fisik berulang-ulang karena ia menolak tidur dengan "beberapa pengunjung yang mabuk".

"Keluarga saya cukup religius, jadi mereka menyetujui lamaran itu karena mereka membawa pendeta yang ada di lingkungan kami," tutur Meena (bukan nama sebenarnya).

"Namun begitu sampai di China, saya mendapati suami saya ini bukan seorang Muslim. Bahkan ia tidak menganut agama apa pun. Ia mengolok-olok saya ketika saya berdoa."

Ketika ia menolak berhubungan seks dengan pria-pria atas perintahnya, ia dipukuli dan diancam.

"Ia mengatakan telah membeli saya dengan uang dan saya tidak punya pilihan selain melakukan apa yang ia perintahkan; dan jika saya tidak melakukannya, maka ia akan membunuh saya dan menjual organ tubuh saya untuk mendapatkan kembali uangnya."

'Beberapa penjahat'

Meena diselamatkan pada awal Mei oleh otoritas China atas permintaan pejabat kedutaan Pakistan yang telah diperingatkan oleh keluarganya.

Seorang pejabat senior FIA di Faisalabad, Jameel Ahmed Mayo, mengatakan kepada BBC bahwa para perempuan yang dianggap "tidak cukup baik" untuk perdagangan seks berisiko diambil organ tubuhnya.

FIA belum memberikan bukti untuk menguatkan tuduhan itu dan Beijing dengan tegas membantah praktik seperti itu terjadi.

"Menurut penyelidikan yang dilakukan oleh Kementerian Keamanan Publik China, tidak ada prostitusi paksa atau penjualan organ manusia di kalangan perempuan Pakistan yang tinggal di China setelah menikah dengan laki-laki asal China," sebut sebuah pernyataan kedutaan besar China di Islamabad.

Namun, hal itu menekankan bahwa penyelidikan bersama dengan pihak berwenang Pakistan sedang berlangsung, menambahkan: "Kami tidak akan pernah membiarkan beberapa kriminal merusak persahabatan antara China dan Pakistan atau melukai perasaan persahabatan antar kedua negara."

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved