Serangan di Sri Lanka: 'Jaringan internasional' diduga terkait dengan pengeboman
Pejabat Sri Lanka mengatakan serangkaian pengeboman di gereja dan hotel yang menyebabkan 290 orang meninggal dunia dilakukan oleh kelompok garis
Serangkaian pengeboman yang menyebabkan 290 orang meninggal dunia dan 500 lainnya luka di Sri Lanka pada Minggu (21/04) dilakukan atas bantuan jaringan internasional, kata para pejabat.
Pemerintah menuding kelompok garis keras setempat yang tidak terkenal, National Thowheed Jamath, meskipun sejauh ini tak satu pihak pun mengaku bertanggung jawab atas pengeboman di sejumlah gereja dan hotel tersebut.
Menteri Kesehatan yang merangkap sebagai juru bicara kabinet, Rajitha Senaratne, mengatakan pihak berwenang Sri Lanka telah diberi informasi tentang ancaman dari National Thowheed Jamath dua minggu sebelum serangan.
- Serangan gereja dan hotel Sri Lanka: Jumlah korban tewas mencapai 290 orang
- Demi keamanan Salat Jumat, Sri Lanka tingkatkan keamanan di masjid-masjid
- Kekerasan anti-Muslim berlanjut di Sri Lanka, walau keadaan darurat ditetapkan
Namun, lanjutnya, peringatan itu tidak diteruskan kepada Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe, atau pun kepada kabinet. Wickremesinghe mengakui pihak keamanan "mendapat informasi" tetapi tidak menindaklanjuti informasi itu.
Lebih lanjut ia mengatakan pihak berwenang meyakini para pelaku menerima bantuan dari jaringan di luar Sri Lanka.
"Kami tidak meyakini serangan-serangan itu dilakukan oleh satu kelompok orang yang terkungkung di negara ini," jelasnya seraya menambahkan, "Ada jaringan internasional, tanpa jaringan itu serangan-serangan tersebut tidak akan berhasil."
Dalam keterangannya, kantor presiden menyebutkan bahwa Presiden Maithripala Sirisena akan meminta bantuan negara-negara lain untuk melacak kaitan jaringan internasional dengan para pelaku.
"Laporan intelijen menunjukkan bahwa organisasi-organisasi teroris asing berada di belakang teroris lokal. Oleh karena itu, presiden akan meminta bantuan negara-negara asing."
Para korban: Dari tiga anak miliarder Denmark hingga juru masak terkenal
Sebagian besar korban serangan bom di Sri Lanka adalah warga setempat, namun dari setidaknya 290 korban meninggal, beberapa di antaranya adalah warga asing.
Dari pantauan warga asing, diplomat di kedutaan besar Indonesia di Kolombo, Lia Kartika Sari, kepada BBC News Indonesia mengatakan, "Sejauh ini kami tidak menerima laporan soal korban dari Indonesia."
Warga asing yang menjadi korban termasuk tiga anak miliarder Denmark, Anders Holch Povlsen.

Juru bicara Povslen membenarkan bahwa ketiga anaknya meninggal dalam serangan. Ia menolak memberikan rincian lebih jauh.
Salah satu anak Povslen beberapa hari lalu mengunggah foto bersama dua saudaranya di Instagram dengan informasi lokasi Sri Lanka.
- Korban dalam serangan bom di gereja dan hotel di Sri Lanka terus bertambah
- Demi keamanan Salat Jumat, Sri Lanka tingkatkan keamanan di masjid-masjid
- Negara-negara yang paling dermawan di dunia
Pesan-pesan yang ditinggalkan di unggahan ini antara lain menyebutkan, "Untuk Alma, Alfred dan Agnes, semoga beristirahat dengan tenang."