Jumat, 3 Oktober 2025

Seorang PSK yang berjuang untuk dekriminalisasi prostitusi dan kecewa

Sabrinna Valisce berjuang untuk dekriminalisasi perdagangan seks saat menjadi pekerja seks komersial namun setelah hal itu tercapai dia malah

Dia menunjuk ke arah dua gang tempat Valisce bisa bekerja. "Dia juga memberi saya satu kondom, menjelaskan tarif dasar dan menyarankan agar membuat mereka (pelanggan) meminta layanan yang saya siap lakukan dan menghindari untuk menolak layanan yang saya tidak siap lakukan. Dia amat baik. Perempuan Samoa, masih terlalu muda di sana, dan jelas dia sudah lama berada di sana."

Tahun 1989, setelah dua tahun bekerja di jalanan, Valisce mengunjungi pusat pemberdayaan New Zealand Prostitutes Collective, NZPC, di Christchurch.

"Saya mencari dukungan, mungkin untuk bisa ke luar dari prostitusi namun yang saya terima adalah tawaran untuk mendapat kondom."

Dia juga diundang untuk bergabung dengan acara rutin kumpul-kumpul setiap Jumat malam sambil minum anggur dan makan keju.

"Mereka mulai membahas tentang stigma atas 'pekerja seks' adalah hal yang terburuk dalam perdagangan seks dan bahwa prostitusi adalah sama seperti pekerjaan lainnya," kenang Valisce.

Satu pandangan yang membuat bahwa yang dikerjakannya itu jadi bisa lebih diterima.

Valisce kemudian menjadi koordinator ruang pijat di pusat tersebut dan juga pendukung yang bersemangat dalam kampanye untuk membuat semua aspek perdagangan seks -termasuk mucikari- bukan tindakan pelanggaran hukum.

"Saya merasa seperti sebuah revolusi akan datang. Saya amat gembira dengan bagaimana dekriminalisasi akan membuat hal-hal menjadi lebih baik bagi perempuan."

Dekriminalisasi itu tercapai pada tahun 2003 dan Valisce ikut merayakannya dalam pesta di NZPC.

Tak lama kemudian dia kecewa.

Undang-undang Reformasi Prostitusi memungkinkan rumah bordil boleh beroperasi sebagai sebuah usaha yang resmi, sebuah usaha percontohan yang dipuja sebagai pilihan paling aman bagi perempuan dalam dunia perdagangan seks.

Di Inggris, sebuah komite di Kementrian Dalam Negeri sudah mempertimbangkan sejumlah pendekatan yang berbeda untuk perdagangan seks, termasuk juga dekriminalisasi menyeluruh. Namun di Selandia Baru, hal itu merupakan bencana karena hanya menguntungkan mucikari dan para pembeli seks.

"Saya kira akan memberi lebih banyak kekuatan dan hak bagi perempuan. Namun saya segera menyadari bahwa yang sebaliknya yang terjadi."

Salah satu masalahnya adalah karena memungkinkan pemilik bordil menawarkan 'satu paket lengkap' kepada para pembeli, yang membayar jumlah tertentu untuk melakukan semua hal yang mereka inginkan dengan seorang perempuan.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved