Seorang PSK yang berjuang untuk dekriminalisasi prostitusi dan kecewa
Sabrinna Valisce berjuang untuk dekriminalisasi perdagangan seks saat menjadi pekerja seks komersial namun setelah hal itu tercapai dia malah
Sepanjang sebagian besar hidupnya sebagai pekerja seks komersial di Selandia Baru, Sabrinna Valisce berjuang untuk dekriminalisasi perdagangan seks.
Namun ketika kampanyenya berhasil, dia berubah pikiran dan kini berpendapat bahwa para pria yang menggunakan jasa PSK seharusnya dituntut secara hukum.
Ketika Sabrinna Valisce berusia 12 tahun, ayahnya bunuh diri. Peristiwa itu mengubah total hidupnya. Ibunya kemudian menikah lagi dan keluarga baru itu pindah dari Australia ke Wellington, Selandia Baru. Di tempat itu hidupnya menyedihkan.
"Saya amat tidak bahagia. Ayah saya kasar dan tidak ada orang untuk berbicara," kata Valisce.
- 'Prostitusi berkedok ziarah' di Gunung Kemukus kembali dilarang
- Kisah mantan PSK yang dirikan penampungan pensiunan pelacur
- Geng di balik PSK Spanyol dibongkar, 13 perempuan diselamatkan
Dia bermimpi menjadi penari profesional dan mendirikan kelas balet saat istirahat makan siang di sekolahnya, yang ternyata amat populer sampai sebuah kelompok tari terkenal, Limbs, datang memberikan pelajaran.
Namun hanya beberapa bulan kemudian, dia berkeliaran di jalanan dengan menjual seks untuk bertahan hidup.
Dalam perjalanan pulang melewati taman dari sekolah, seorang pria menawarkannya NZ$100 untuk berhubungan seks.
"Saya mengenakan seragam sekolah jadi tidak ada kekeliruan tentang usia saya," kenangnya.
Valisce menggunakan uang itu untuk lari ke Auckland dan menginap di sebuah hostel YMCA.
"Saya mencoba menelepon seseorang untuk meminta bantuan lewat telepon umum yang berada di luar hostel, namun sedang sibuk jadi saya menunggu."
"Polisi datang dan bertanya apa yang saya lakukan. Saya mengatakan 'menunggu untuk menggunakan telepon."

Aparat kemudian menunjuk bahwa tidak ada yang menggunakan telepon umum itu sehingga tidak perlu menunggu. Mereka merasa sudah berpikir 'amat jelas', tutur Valisce, namun tampaknya tidak mengerti ketika dia menjelaskan bahwa telepon yang akan dia tuju yang sedang sibuk.
"Mereka mencari kondom karena berpendapat saya adalah pekerja seks komersial berhubung di belakang YMCA adalah Jalan Karangahape yang merupakan kawasan prostitusi yang tersohor."
"Ironisnya, hal itu memberi saya gagasan untuk mendapatkan uang. Polisi membuat saya takut tapi saya tahu akan kembali ke jalanan jika tidak punya uang tunai dan disuruh menghadap dinding untuk diperiksa serta ditakut-takuti, membuat saya berpikir bahwa tidak ada perbedaan jika saya PSK atau bukan."