KAI Terbebani Utang Rp 116 Triliun Proyek Kereta Cepat Whoosh, Indonesia Negosiasi Ulang ke China
Utang proyek Kereta Cepat Whoosh yang ditanggung PT KAI melalui konsorsium PT KCIC mencapai Rp 116 triliun atau sekitar USD 7,2 miliar.
Penulis:
Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor:
Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Indonesia akan bernegosiasi dengan China terkait dengan beban utang yang ditanggung PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI dalam pembiayaan proyek proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh.
Proyek kereta cepat ini sangat mengganggu kinerja keuangan PT KAI (Persero) dan membuat BUMN sektor transportasi tersebut hampir kolaps.
Utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) yang ditanggung PT KAI melalui konsorsium PT KCIC mencapai Rp 116 triliun atau sekitar USD 7,2 miliar.
Angka ini sudah termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) dan merupakan beban keuangan yang sangat besar bagi PT KAI dan PT KCIC, yang bahkan masih mencatat kerugian di semester pertama 2025.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan peran negosiasi utang dengan China ini bukan di Kementerian BUMN.
"Isu daripada Whoosh itu salah satunya kan nanti ada negosiasi ulang. Bukan kami tentunya, tupoksinya dari kementerian lain," kata Erick ketika ditemui di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/9/2025).
PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yang merupakan pengelola Whoosh, adalah perusahaan patungan antara konsorsium Indonesia, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), dengan kepemilikan saham 60 persen, dan konsorsium China, Beijing Yawan HSR Co. Ltd, dengan kepemilikan saham 40 persen.
Komposisi pemegang saham PSBI terdiri dari KAI sebesar 51,37 persen selaku pemegang saham terbesar.
Lalu, ada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dengan porsi saham sebesar 39,12 persen, PT Jasa Marga (Persero) Tbk 8,30 persen, dan PT Perkebunan Nusantara I 1,21 persen.
Rincian utang proyek Kereta Cepat Whoosh yang ditanggung PT KAI adalah investasi proyek Rp 116 triliun atau sekitar USD 7,2 miliar.
Sekitar 75 persen dari utang tersebut bersumber dari pinjaman China Development Bank (CDB).
Kemudian, pembengkakan biaya (cost overrun) di mana nominal utang tersebut sudah termasuk pembengkakan biaya sebesar USD 1,2 miliar.
PT KCIC, yang saham mayoritasnya dimiliki oleh PT KAI, mencatat kerugian hingga Rp 1,6 triliun di semester pertama 2025. Di sisi lain, KCIC harus membayar bunga pinjaman hingga sekitar Rp 2 triliun per tahun kepada China Development Bank.
Manajemen PT KAI menyebut beban utang tersebut sebagai "bom waktu" karena beban keuangannya sangat besar dan mengancam perseroan.
Erick Thohir menjelaskan, negosiasi ulang akan mencakup pengelolaan fasilitas pendukung Whoosh yang diusulkan akan dikelola pemerintah. Namun, operasional kereta tetap berada di bawah KAI.
Whoosh
utang PT KAI (Persero)
beban utang
kinerja keuangan PT KAI (Persero)
Utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Pagi Ini Perjalanan Kereta Cepat Kembali Normal Usai Jalur Lintasan Terdampak Gempa Bekasi |
![]() |
---|
Cara Mudah Refund Tiket Kereta Cepat Whoosh, Bisa Lewat Online atau Offline |
![]() |
---|
HUT ke-80 RI, Tiket Whoosh dapat Potongan Rp 45 Ribu |
![]() |
---|
Whoosh Tambah 6 Perjalanan pada 10 Agustus 2025, Mulai Operasi Lebih Pagi |
![]() |
---|
Presiden Prabowo Bertolak ke Bandung Naik Whoosh |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.