Selasa, 7 Oktober 2025

KAI Terbebani Utang Rp 116 Triliun Proyek Kereta Cepat Whoosh, Indonesia Negosiasi Ulang ke China

Utang proyek Kereta Cepat Whoosh yang ditanggung PT KAI melalui konsorsium PT KCIC mencapai Rp 116 triliun atau sekitar USD 7,2 miliar.

Tribunnews/Abdul Majid
NEGOSIASI UTANG PROYEK WHOOSH - Menteri BUMN Erick Thohir. Pemerintah Indonesia akan bernegosiasi dengan China terkait dengan beban utang yang ditanggung PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI sebesar Rp 116 triiun dalam pembiayaan proyek proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh. 

"Ini kan perlu kesepakatan dengan pihak China karena memang kerja sama Indonesia dengan China," ujar Erick.

Negosiasi ulang ini diperlukan karena nantinya Whoosh akan diperpanjang rutenya hingga Surabaya. "Artinya struktur ini harus diputuskan dulu sebelum kita dorong ke Surabaya," ucap Erick.

Laba KAI Tergerus Kerugian Whoosh

Dalam laporan keuangan PT KAI per 30 Juni 2025 (unaudited) yang dipublikasikan di situs resminya, PT PSBI sebagai entitas anak usaha KAI sekaligus pemegang saham terbesar di PT KCIC, mencatkan kerugian hingga Rp 4,195 triliun pada 2024.

Kerugian terus berlanjut di tahun ini. Sepanjang Januari-Juli atau semester I-2025, PT PSBI juga merugi sebesar Rp 1,625 triliun seperti dikutip Kompas.com

Sebagai informasi, PT KAI sebagai pemimpin konsorsium, memegang saham terbanyak 58,53 persen di PT PSBI setelah mendapat penugasan di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Baca juga: Okupansi Whoosh Capai 80 Persen saat Arus Balik Libur Panjang Waisak 2025

Pemegang saham PT PSBI lainnya adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA menggenggam saham 33,36 persen, PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebesar 7,08 persen, dan PTPN VIII sebesar 1,03 persen.

Masih mengutip laporan Keuangannya, KAI harus menanggung rugi di PT PSBI sebesar Rp 951,48 miliar atau sesuai dengan porsi jumlah sahamnya di konsorsium BUMN tersebut.

Bahkan pada sepanjang tahun 2024, saat PT PSBI mencatatkan kerugian Rp 4,19 triliun, KAI ikut harus menanggung rugi di anak usahanya itu sebesar Rp 2,24 triliun.

Sebelumnya, Ketua Komisi VI DPR RI, Anggia Emarini, menilai kinerja PT Kereta Api Indonesia (KAI) sejatinya cukup baik. Namun, ia menyoroti persoalan utang proyek kereta cepat Whoosh yang hingga kini belum terselesaikan.

“Kereta Api sebenarnya tinggi, bisa laba, tapi karena punya Whoosh jadinya defisit,” ujarnya.

Baca juga: Utang Kereta Cepat Whoosh Jadi Bom Waktu, COO Danantara Temui Dirut KAI

Pernyataan Anggia turut diperkuat oleh anggota Komisi VI lainnya, Darmadi Durianto. Ia menilai beban keuangan yang ditanggung KAI dalam dua tahun terakhir cukup besar, terutama karena harus menanggung proyek kereta cepat.

“Itu kalau dihitung 2025, itu bisa beban keuangan dan dari kerugian KCIC bisa capai Rp 4 triliun lebih. Dari beban KCIC sendiri sudah Rp 950 miliar, dikalikan dua sudah Rp 4 triliun lebih,” katanya.

Darmadi juga memperkirakan, jika utang tersebut tak segera diselesaikan, maka pada 2026 jumlah utang KAI bisa membengkak hingga Rp 6 triliun. 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved