Senin, 29 September 2025

Giant Sea Wall Butuh Dana Besar, Pemerintah Undang Investor Asing

Proyek Giant Sea Wall butuh dana besar. Pemerintah undang investor asing, tak hanya andalkan fiskal. AHY beberkan skema kombinasi pembangunan.

Penulis: Taufik Ismail
Tribunnews/JEPRIMA
Suasana aktivitas di dekat tanggul laut yang telah selesai dibangun di Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara, Selasa (12/2/2019). Pembangunan tanggul laut tersebut merupakan bagian dari program Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) untuk mencegah ancaman banjir rob serta penataan kawasan pesisir pantai utara Jakarta dan sekitarnya. (Tribunnews/Jeprima) 

Ringkasan Utama

Pemerintah berencana mengundang investor dalam dan luar negeri untuk membiayai proyek Giant Sea Wall (GSW) di pantai utara Jawa. Proyek ini diklaim sebagai solusi menghadapi banjir rob dan penurunan tanah, namun pendekatan pembangunannya akan bervariasi, dari beton hingga mangrove. Pernyataan disampaikan Menko Infrastruktur AHY usai rapat terbatas di Istana.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Pemerintah Indonesia membuka peluang investasi dalam dan luar negeri untuk membiayai pembangunan tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall (GSW) di sepanjang pantai utara Jawa. Proyek ini disebut sebagai langkah strategis menghadapi banjir rob dan penurunan permukaan tanah yang mengancam kawasan pesisir dan industri.

“Kami juga tentu mengundang karena berbicara proyek besar ini membutuhkan investasi. Tidak hanya kita bisa bersandar pada fiskal yang kita miliki,” ujar Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), usai rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (9/9/2025).

Menurut AHY, pembangunan GSW tidak hanya bertujuan melindungi pemukiman warga, tetapi juga kawasan industri strategis dan zona ekonomi khusus yang tersebar di pesisir utara Jawa. Ia menyebut bahwa pendekatan konstruksi akan disesuaikan dengan kondisi geografis masing-masing wilayah.

“Yang setiap saat terancam bencana akibat penurunan permukaan tanah, land subsidence dan juga banjir rob, termasuk kita ingin melindungi berbagai kawasan industri strategis dan kawasan ekonomi khusus,” kata AHY.

Ia menjelaskan bahwa tidak semua wilayah akan menggunakan tanggul beton. Beberapa daerah yang kondisi tanahnya masih stabil akan menggunakan penguatan pantai atau bahkan rehabilitasi mangrove sebagai solusi yang lebih efisien.

“Jadi nanti akan ada kombinasi. Ada yang harus pakai tanggul laut, ada yang cukup dengan tanggul pantai, dan ada juga yang bisa pakai mangrove,” jelasnya.

Baca juga: 5 PR Purbaya Yudhi usai Jadi Menkeu yang Baru: Masalah Pajak, Utang, hingga Rasionalisasi APBN 2026

Proyek Giant Sea Wall telah lama digagas sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), namun pembiayaannya menjadi tantangan utama. Pemerintah berharap partisipasi investor dapat mempercepat realisasi proyek tanpa membebani anggaran negara secara penuh.

Meski belum diumumkan skema investasi secara rinci, pernyataan AHY menandai dimulainya fase diplomasi ekonomi untuk menarik modal swasta dan asing ke proyek infrastruktur pesisir yang diperkirakan bernilai triliunan rupiah.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan