Bukan Sekadar Komoditas, Logam Tanah Jarang Adalah Tiket Indonesia Menuju Kemandirian Teknologi
EE bukan sekadar komoditas tambang, tapi tiket strategis menuju masa depan di tengah transisi global menuju energi bersih dan industri tinggi
Penulis:
Erik S
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
Bagi Haidar Alwi, REE tidak boleh hanya dilihat sebagai komoditas tambang biasa. REE harus menjadi pijakan awal membangun ekosistem teknologi nasional. Tidak cukup hanya membangun smelter. Yang dibutuhkan adalah visi dan infrastruktur lengkap dari riset, pemrosesan, hingga industri manufaktur berbasis REE.
“Bayangkan kalau Indonesia memproduksi sendiri magnet permanen untuk kendaraan listrik, radar pertahanan, atau generator turbin angin, semua itu bisa dimulai dari tanah kita sendiri,” kata alumnus ITB itu.
Haidar Alwi mengusulkan dibentuknya:
- Pusat Riset Teknologi REE Nasional, yang melibatkan perguruan tinggi, BUMN, dan koperasi teknologi rakyat.
- Zona Hilirisasi Khusus REE, di mana fasilitas pemisahan, pemurnian, dan manufaktur komponen dilakukan di dalam negeri.
- Regulasi Perlindungan Pasokan Strategis, agar REE tidak diekspor sembarangan, tapi dikembangkan dengan kendali nasional yang kuat.
Lebih dari itu, Haidar Alwi mendorong lahirnya koperasi tambang berbasis teknologi, bukan tambang rakyat manual semata. Dengan teknologi sederhana namun efisien, rakyat dapat memiliki akses langsung ke ekonomi berbasis REE, bukan hanya jadi buruh tambang.
“Ini bukan soal membatasi asing, tapi soal membebaskan bangsa sendiri. Teknologi tidak boleh hanya datang dari luar. Harus ada juga yang lahir dari dalam,” tegas Haidar Alwi.
Tiket Masa Depan Itu Jangan Dijual Murah
Di tangan pemimpin yang punya visi jangka panjang, REE bisa menjadi senjata diplomasi, sumber pertumbuhan ekonomi baru, dan pengungkit transformasi pendidikan teknologi.
Namun jika salah arah, REE hanya akan menambah panjang daftar komoditas Indonesia yang habis dijual tanpa sempat memberi manfaat berarti bagi rakyatnya.
Menurut Haidar Alwi, kunci keberhasilan terletak pada kesadaran generasi masa kini agar tidak mengulangi kesalahan masa lalu. REE harus dikenalkan di sekolah, diajarkan di kampus, dan disalurkan dalam program nasional berbasis inovasi anak bangsa.
“Kalau anak-anak kita bisa paham TikTok dan AI, mereka juga bisa paham REE. Tugas kita adalah mempertemukan tanah dengan otak, supaya teknologi masa depan lahir dari Indonesia,” kata Haidar Alwi.
Ia juga menyerukan agar pemerintah membentuk Lembaga Kedaulatan Mineral Strategis, dengan mandat khusus menjaga pengelolaan REE agar tidak jatuh ke tangan yang salah. Lembaga ini harus berdiri di atas kepentingan nasional, bebas dari mafia tambang, dan berpihak pada rakyat.
“Indonesia bukan negara kecil. Kita besar karena tanah ini kaya. Tapi akan jadi lebih besar kalau generasi mudanya berani bermimpi dan membangunnya sendiri,” tegas Haidar Alwi.
Dorong Ekspor Komponen, Kemenperin Jamin Pasokan Bahan Baku Logam untuk IKM |
![]() |
---|
Delapan Komoditas yang Cocok Dikembangkan Transmigran |
![]() |
---|
Bank Raya Gelar Pesta Raya, Hadiahnya Logam Mulia Hingga Mobil |
![]() |
---|
Anggota Komisi VII DPR RI Dorong Pemerintah Tingkatkan Ekspor Sektor Logam dan Mesin |
![]() |
---|
Satgas Pangan Berperan Vital Mencegah Permainan Harga dan Penimbunan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.