Senin, 29 September 2025

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

Tarif Impor 19 Persen Trump Masih Ketinggian, Seharusnya Bisa Lebih Rendah Lagi, Ini Alasannya

Keputusan PTrump menurunkan tarif impor menjadi 10 persen untuk produk impor asal Indonesia belum bisa dianggap keberhasilan negosiasi dengan AS.

|
Penulis: Erik S
Editor: Choirul Arifin
https://www.whitehouse.gov/
RI LEMAH HADAPI AS - Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menurunkan tarif impor menjadi 10 persen untuk produk impor asal Indonesia belum bisa dianggap keberhasilan negosiasi dengan AS. Karenanya, tidaklayak dirayakan sebagai pencapaian misi diplomatik RI terhadap AS.  

"Vietnam bisa menurunkan tensi sambil menjaga keuntungan, bahkan justru mereka mampu menarik relokasi industri dari China."

"Kita seharusnya belajar dari itu," lanjutnya.

Pemerhati hubungan internasional dan investasi, Zenzia Sianica Ihza mengatakan arif resiprokal atas produk Indonesia dari 32 menjadi 19 persen belum bisa dianggap keberhasilan negosiasi dan layak dirayakan sebagai pencapaian diplomatik, Rabu (16/7/2025).
Pemerhati hubungan internasional dan investasi, Zenzia Sianica Ihza mengatakan arif resiprokal atas produk Indonesia dari 32 menjadi 19 persen belum bisa dianggap keberhasilan negosiasi dan layak dirayakan sebagai pencapaian diplomatik, Rabu (16/7/2025). (Istimewa)

Kebijakan tarif Trump adalah lanjutan dari pendekatan ekonomi "America First" yang diluncurkan sejak masa kampanye 2016. 

Di bawah semangat proteksionisme, Trump melihat tarif sebagai alat tawar utama untuk meraih kesepakatan dagang yang lebih menguntungkan bagi Amerika.

Tarif menjadi bentuk tekanan—atau dalam istilah hubungan internasional, credible threat —yang secara rasional dirancang untuk menghasilkan respons kompromistis dari negara mitra.

Baca juga: Istana Sebut Turunnya Tarif Impor ke AS jadi 19 Persen Hasil Negosiasi Langsung Prabowo dengan Trump

"Sayangnya, Indonesia terlalu cepat menunjukkan sikap akomodatif tanpa memperjuangkan pengimbangan yang setara," tutur Zenzia.

Respons ideal menurut Zenzia bukanlah menolak keras atau bersikap pasrah. Yang dibutuhkan Indonesia adalah diplomasi rasional dan strategi negosiasi berimbang. Dengan pendekatan ini, kompromi masih bisa dicapai tanpa mengorbankan kepentingan nasional.

"Kita harus cermat. Tidak perlu frontal seperti China, tapi juga jangan lunak. Negosiasi perlu berpegang pada prinsip saling menguntungkan," katanya.

Penurunan tarif Trump dari 32 menjadi 19 persen memang terlihat sebagai kabar baik.

Baca juga: GPEI Tanggapi 19 Persen Tarif Impor Trump: Kalau Harganya Lebih Murah, Why Not?

Tapi jika dibaca dalam konteks keseluruhan—terutama dengan komitmen besar pembelian Boeing dan investasi energi di AS—justru menunjukkan bahwa Indonesia memberikan terlalu banyak untuk hasil yang belum sepadan.

Dia menambahkan, jika tarif bea masuk naik seperti ini selain akan menurunkan daya saing produk negara yang terdampak, sekaligus punya efek bagi konsumen akhir, yaitu warga AS sendiri.

Akibat kebijakan tarif ini, harga barang impor dari Indonesia yang masuk ke AS mengalami kenaikan 19 sampai 29 persen. 

“Dalam jangka panjang ini akan menjadi bumerang bagi AS, karena dunia usaha akan membebankan kenaikan tarif ini ke konsumen dalam negeri Amerika Serikat. Ini jelas akan punya dampak bagi mereka,” pungkas Zen.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan