Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Tarif Impor 19 Persen Trump Masih Ketinggian, Seharusnya Bisa Lebih Rendah Lagi, Ini Alasannya
Keputusan PTrump menurunkan tarif impor menjadi 10 persen untuk produk impor asal Indonesia belum bisa dianggap keberhasilan negosiasi dengan AS.
Penulis:
Erik S
Editor:
Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menurunkan tarif impor menjadi 10 persen untuk produk impor asal Indonesia belum bisa dianggap keberhasilan negosiasi dengan AS.
Karenanya, tidaklayak dirayakan sebagai pencapaian misi diplomatik RI terhadap AS. Pemerintahan Presiden Prabowo sebaiknya membuka ruang negosiasi ulang sehingga tarif itu bisa diturunkan lagi.
Apalagi skema tarif itu diikuti dengan komitmen Indonesia membeli 50 jet Boeing dan produk energi AS senilai Rp244 triliun.
"Kita memberi terlalu banyak, sementara tarif 19 persen masih tergolong tinggi dan membebani pelaku ekspor kita."
"Seharusnya negosiasi ulang. Jangan puas dengan angka 19 persen karena itu belum mengembalikan posisi kita seperti sebelum badai tarif diberlakukan," ujar pemerhati hubungan internasional dan investasi, Zenzia Sianica Ihza dalam keterangannya, Rabu (16/7/2025).
Karena itu, Zenzia mendorong pemerintah untuk tetap melanjutkan negosiasi. Jangan cepat puas dengan penurunan tarif yang seolah menjadi hadiah, padahal beban terhadap ekspor nasional masih besar.
Menurut dia, jika dihitung secara keseluruhan, produk Indonesia tetap dikenai beban tarif hampir 29 persen, karena tarif dasar 10 persen yang berlaku otomatis.
"Jadi sebenarnya bukan hanya 19 persen, tapi 19 ditambah 10. Itu tetap tinggi dan tidak fair," katanya.
Bagi Zenzia, masalah ini bukan semata soal angka, tetapi lebih pada strategi negosiasi yang lemah. Ia menyebut Indonesia berada dalam posisi yang sebenarnya punya leverage kuat."
"Permintaan Trump agar Indonesia membeli 50 jet Boeing dan investasi energi senilai US$15 miliar menunjukkan bahwa Washington juga membutuhkan Jakarta dalam konteks ekonomi dan geopolitik.
"Kalau kita setuju beli pesawat dan investasi energi, kenapa tidak meminta tarif turun ke angka yang lebih wajar, misalnya di bawah 10 persen? Negosiasi itu harus dua arah, bukan hanya menerima dikte," ujarnya.
Zenzia menyebut, dalam merespons tekanan tarif dari Trump, beberapa negara justru mampu menunjukkan posisi tawar yang lebih kokoh. China, misalnya, secara terbuka melakukan perlawanan dengan tarif balasan.
Sementara Vietnam memilih jalan diplomasi yang akomodatif, tetapi tetap menjaga kepentingan domestiknya.
Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Trump Merasa 'Ditampar' saat India, Rusia, dan China Lakukan Pertemuan, Langsung Beri Peringatan |
---|
Trump Tolak Tawaran Manis India: Tarif Nol Persen Tak Lagi Berarti, Sudah Terlambat! |
---|
Industri Otomotif Kehilangan 51.500 Lapangan Kerja Akibat Tekanan Tarif Dagang |
---|
Trump Murka, Siap Gugat ke Mahkamah Agung Usai Tarif Dagang Andalannya Dinyatakan Ilegal |
---|
Acuhkan Ancaman Tarif Trump, India Tingkatkan Ekspor Minyak dari Rusia |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.