Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Boncos, Bonus yang Diterima Pekerja Otomotif AS Terancam Merosot karena Tarif Impor Trump
Bonus yang diterima para pekerja industri otomotif AS terancam dipangkas karena tarif impor Trump yang menyebabkan perusahaan menanggung biaya besar.
Penulis:
Lita Febriani
Editor:
Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM - Para pekerja anggota serikat pekerja United Auto Workers (UAW) di tiga perusahaan otomotif Amerika Serikat, yakni Ford, General Motors (GM) dan Stellantis, terancam boncos.
Bonus yang mereka terima dari perusahaan tempat mereka bekerja terancam dipangkas.
Mereka diperkirakan akan menghadapi akhir tahun yang berat karena kebijakan tarif impor yang diberlakukan Presiden Donald Trump telah menggerus laba perusahaan tempat mereka bekerja.
Selama beberapa tahun terakhir, kebijakan tarif ini sudah mengakibatkan industri otomotif harus menanggung biaya miliaran dolar.
Beban tersebut kini tidak hanya membebani konsumen melalui kenaikan harga mobil, tetapi juga memukul mekanisme bagi hasil (profit-sharing) yang menjadi salah satu sumber penghasilan penting bagi pekerja UAW.
Tahun lalu, bonus dari pembagian laba perusahaan ke karyawan mencapai rekor lebih dari 10.000 dolar AS atau sekitar Rp 162 juta per pekerja. Namun pada akhir 2025 nilainya diperkirakan akan turun sekitar 3.000-5.000 dolar AS, dikutip dari Carscoops.
Ford diproyeksikan mengalami penurunan bonus 27-36 persen, sementara GM 31-40 persen. Situasi lebih buruk dialami Stellantis, yang hanya membayar bonus jika margin laba di Amerika Utara mencapai minimal 2 persen.
Namun, pada paruh pertama tahun ini, Stellantis justru mencatat margin -3,4 persen, sehingga kemungkinan tidak akan membayar bonus sama sekali.
CEO Anderson Economic Group Patrick Anderson menilai penurunan ini menjadi pukulan telak bagi para pekerja sektor otomotif.
"Bagi pekerja otomotif yang mengharapkan cek bagi hasil di akhir tahun, kebijakan tarif jelas merupakan pemotongan bonus akhir tahun mereka," ungkap Anderson, dikutip dari Carscoops, Selasa (12/8/2025).
Ia menambahkan, besaran bonus tersebut selama ini menjadi indikator penting, baik untuk penghasilan individu maupun kesehatan industri otomotif secara keseluruhan.
Baca juga: Industri Otomotif Global Tertekan, Kerugian Capai 11,8 Miliar Dolar AS Akibat Tarif Impor Trump
"Ini merupakan mekanisme penting yang menjelaskan kepada para pekerja maupun manajemen bahwa mereka akan mendapatkan hasil yang lebih baik jika orang-orang membeli mobil dan jika perusahaan menghasilkan uang. Besarnya cek bagi hasil kini telah menjadi salah satu metrik terpenting bagi para pekerja otomotif, dan sampai taraf tertentu, indikator kesehatan industri otomotif," ucap Anderson.
Ironisnya, pada Maret lalu, Presiden UAW Shawn Fain sempat memuji langkah Trump yang menetapkan tarif impor baru.
"Mengakhiri bencana perdagangan bebas yang telah merugikan komunitas kelas pekerja selama puluhan tahun," ujar Fain.
Baca juga: Tarif Impor Trump Mulai Diterapkan, Masyarakat Amerika Terkena Kenaikan Biaya 60 Persen
Ia juga menyerukan agar produsen mobil menanggung biaya tarif tanpa membebankannya pada konsumen, dan pemerintah memberikan dukungan finansial jika diperlukan. Namun, hingga kini tidak ada tanda bahwa perlindungan seperti itu akan terwujud.
"Para pekerja harus dibebaskan dari segala gangguan yang menyertai proses reshoring, dengan dukungan finansial dari pemerintah federal jika diperlukan," imbuh Fain kala itu.
Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Trump Merasa 'Ditampar' saat India, Rusia, dan China Lakukan Pertemuan, Langsung Beri Peringatan |
---|
Trump Tolak Tawaran Manis India: Tarif Nol Persen Tak Lagi Berarti, Sudah Terlambat! |
---|
Industri Otomotif Kehilangan 51.500 Lapangan Kerja Akibat Tekanan Tarif Dagang |
---|
Trump Murka, Siap Gugat ke Mahkamah Agung Usai Tarif Dagang Andalannya Dinyatakan Ilegal |
---|
Acuhkan Ancaman Tarif Trump, India Tingkatkan Ekspor Minyak dari Rusia |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.