Minggu, 5 Oktober 2025

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

Amerika Masih Ogah Turunkan Tarif Impor Bagi RI, Ekonom Sarankan Pemerintah Lakukan Ini

Jika RI memilih melawan, baik secara unilateral maupun melalui koalisi seperti BRICS, AS bisa saja merespon dengan menaikkan tarif lebih tinggi. 

|
dok. FMB
TARIF IMPOR TRUMP - Direktur Ekonomi Digital dari Center of Economics and Law Studies (Celios), Nailul Huda. Jika Indonesia memilih melawan, baik secara unilateral maupun melalui koalisi seperti BRICS, AS bisa saja merespon dengan menaikkan tarif lebih tinggi.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Indonesia telah melobi Amerika Serikat untuk menurunkan tarif impor 32 persen terhadap produk asal Indonesia.

Namun, hingga saat ini negosiator Indonesia belum juga berhasil dan hanya mampu menunda saja.

Direktur Ekonomi Digital dari Center of Economics and Law Studies (Celios), Nailul Huda, mengatakan bahwa Indonesia telah menawarkan berbagai bentuk kompromi, termasuk rencana tambahan impor komoditas dari AS seperti kedelai, minyak mentah, hingga pesawat.

“Tim negosiator sudah kerja keras, tapi hasilnya nihil. Tarif tetap diberlakukan,” ujar Nailul dikutip dari Kontan, Senin (14/7/2025).

Baca juga: Menko Airlangga Pastikan RI Tak Dapat Tambahan Tarif Impor 10 Persen dari Amerika Imbas Gabung BRICS

Dalam surat resmi dari pemerintah AS, disebutkan bahwa tarif bisa saja diturunkan atau justru dinaikkan, tergantung pada sikap Indonesia. 

Jika Indonesia memilih melawan, baik secara unilateral maupun melalui koalisi seperti BRICS, AS bisa saja merespon dengan menaikkan tarif lebih tinggi. 

Sebaliknya, jika Indonesia melunak, misalnya dengan memberi kemudahan impor barang AS atau bahkan membangun pabrik di AS, maka ada kemungkinan tarif diturunkan.

“Tapi syarat itu berat. Biaya tenaga kerja di AS tinggi, tidak cocok untuk perusahaan dari negara berkembang. Yang logis justru perusahaan negara maju membangun pabrik di negara berkembang, bukan sebaliknya,” kata Nailul.

Melihat negosiasi yang sulit dan posisi tawar Indonesia yang lemah, Nailul menilai diversifikasi pasar ekspor adalah pilihan paling rasional. 

Menurutnya, sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) yang selama ini bergantung pada pasar AS perlu segera diarahkan ke negara lain.

“Pasar Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika punya potensi besar. Tapi tentu tidak semudah itu. Harus ada penyesuaian dari sisi karakter permintaan hingga struktur harga,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya peran aktif para duta besar Indonesia dalam strategi ini. 

“Dubes Indonesia harus menjadi marketing intelijen untuk produk Indonesia. Bagaimana karakteristik pasar, harga yang diminta, hingga kualitas barang yang diminta,” pungkas Nailul.


Artikel ini sudah tayang di Kontan dengan judul Celios: Negosiasi Tarif AS Buntu, Diversifikasi Ekspor Jadi Pilihan Utama

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved