Senin, 29 September 2025

Tahun Depan, Indonesia Butuh Investasi Rp 8.297 Triliun, 89,9 Persen Bakal Berasal dari Swasta

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkap Indonesia membutuhkan investasi sebesar Rp 8.297,8 triliun pada 2026.

Endrapta Pramudhiaz/Tribunnews.com
TARGET INVESTASI - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkap Indonesia membutuhkan investasi sebesar Rp 8.297,8 triliun pada 2026. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkap Indonesia membutuhkan investasi sebesar Rp 8.297,8 triliun pada 2026.

Menurut Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy, jumlah investasi tersebut dibutuhkan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi pada 2026 sebesar 6,3 persen.

Hal itu disampaikan Rachmat saat rapat bersama Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (3/7/2025).

Baca juga: Bappenas Bidik Pertumbuhan Ekonomi RI Pada 2026 Sebesar 6,3 Persen

"Berdasarkan exercise yang dilakukan oleh Bappenas untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen pada tahun 2026, total investasi yang dibutuhkan diperkirakan sebesar Rp 8.297,8 triliun," katanya.

Berdasarkan Rancangan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2026 yang ada dalam paparan Rachmat, mayoritas investasi akan berasal dari pihak swasta. Porsinya mencapai 89,9 persen atau sebesar Rp 7.467,1 triliun.

Lalu, investasi dari BUMN memiliki porsi sebesar 5,79 persen atau sebesar Rp 480,8 triliun.

Baca juga: Dorong Pertumbuhan Ekonomi Perdesaan, Pos Indonesia Gandeng Koperasi Desa Merah Putih

Sementara itu, investasi pemerintah yang merupakan bagian belanja modal dan fisik dari belanja pusat dan daerah hanya 4,22 persen atau sekitar Rp 349,91 triliun.

Rachmat pun menyebut investasi dari BUMN dan swasta menjadi sangat penting.

Ia menilai kebijakan investasi perlu diarahkan untuk membangun iklim investasi yang kondusif. 

Hal itu agar mampu menarik BUMN dan swasta terlibat dalam pembangunan proyek-proyek yang bernilai tambah tinggi.

"Kami menegaskan kembali pentingnya sinkronisasi perencanaan dan penganggaran serta keperpihakan kepada investasi produktif terutama di sektor pertanian, energi, energi terbarukan, manufaktur, dan ekonomi digital," ujar Rachmat.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan