Kamis, 2 Oktober 2025

Stok Beras Tembus 4 Juta Ton, Anggota DPR: Jangan Sampai Harga Tetap Mencekik Rakyat Kecil 

Rajiv mengatakan, capaian stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang menembus 4 juta ton tonggak penting dalam penguatan ketahanan pangan nasional. 

HO/IST
PRODUKSI BERAS NASIONAL - Produksi beras nasional mengalami lonjakan signifikan sepanjang Januari hingga Juli 2025. Rajiv mengatakan, capaian stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang menembus 4 juta ton tonggak penting dalam penguatan ketahanan pangan nasional.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi Partai NasDem, Rajiv mengatakan, capaian stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang menembus 4 juta ton merupakan tonggak penting dalam penguatan ketahanan pangan nasional. 

Rajiv menyebut, pencapaian ini sebagai sinyal bahwa sektor pertanian Indonesia mampu bangkit di tengah tantangan global yang kompleks.

“Saya mengapresiasi langkah konkret dan terobosan yang telah dilakukan Kementerian Pertanian. Empat juta ton bukan angka kecil. Ini adalah capaian yang menunjukkan bahwa Indonesia sedang berada di jalur yang tepat menuju kedaulatan pangan," kata Rajiv dalam siaran persnya, Senin (2/6/2025).

Menurutnya, keberhasilan tersebut tidak terlepas dari kebijakan yang berpihak pada petani

Dia menyebut, peningkatan kuota pupuk bersubsidi, reformasi distribusi pupuk agar lebih tepat sasaran, serta penetapan harga gabah minimal Rp 6.500 per kilogram sebagai langkah-langkah yang berdampak signifikan terhadap produktivitas.

“Kebijakan tersebut bukan hanya membantu produktivitas, tetapi juga memberikan insentif psikologis kepada petani bahwa negara hadir mendukung kerja keras mereka," ujar Rajiv.

Rajiv juga memuji keberhasilan serapan beras oleh Perum Bulog yang mencapai 2,429 juta ton per akhir Mei 2025, angka tertinggi dalam 57 tahun terakhir.

Dia menuturkan bahwa capaian ini menjadi pembuktian bahwa produksi dalam negeri, jika dikelola dengan tepat, mampu mencukupi kebutuhan nasional tanpa bergantung pada impor.

Meski demikian, Rajiv mengingatkan pentingnya langkah evaluatif sebagai bagian dari penguatan tata kelola pangan. 

Menurutnya, lonjakan stok belum tentu linier dengan stabilitas harga di pasar atau keterjangkauan beras bagi masyarakat di seluruh pelosok negeri. 

“Distribusi harus dikawal ketat, jangan sampai stok tinggi tetapi harga tetap mencekik rakyat kecil, terutama di daerah-daerah yang sulit akses,” ungkap Rajiv.

Terkait wacana ekspor beras, Rajiv menyarankan pemerintah agar lebih berhati-hati. 

Dia menyambut baik terbukanya peluang ekspor seperti permintaan dari Malaysia, namun mengingatkan bahwa kebutuhan domestik tetap harus menjadi prioritas utama. 

“Kita jangan tergoda mengejar surplus ekspor tanpa terlebih dahulu menjamin bahwa dapur-dapur rakyat di pelosok negeri sudah benar-benar aman dari kelangkaan atau lonjakan harga,” ujarnya.

Rajiv juga menekankan pentingnya diversifikasi pangan sebagai bagian dari strategi jangka panjang.

 “Ketahanan pangan tidak bisa hanya bergantung pada beras. Kita harus mulai serius mendorong komoditas lokal lain seperti sorgum, jagung, dan umbi-umbian yang sesuai dengan kearifan lokal masing-masing wilayah,” imbuhnya.

Sebelumnya diberitakan, pemerintah mencatatkan sejarah baru dalam tata kelola pangan nasional. Untuk pertama kalinya stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) menembus angka fantastis 4 juta ton.

Berdasarkan laporan real-time pada Kamis, 29 Mei 2025 pukul 21.41 WIB, serapan setara beras oleh Bulog mencapai 2.407.257 ton dan total stok beras nasional resmi tercatat sebesar 4.001.059 ton.

Angka ini menjadi simbol konkret keberhasilan kolaborasi nasional dalam memperkuat ketahanan pangan dan mensejahterakan petani Indonesia.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi terhadap capaian ini.

“Saya menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh petani Indonesia, Komisi IV DPR RI, TNI, Polri, Kejaksaan, Gubernur, Bupati, Kepala Dinas Pertanian, PIHC, Perum Bulog, para pengamat, akademisi, pelaku usaha penggilingan, penyuluh pertanian lapangan (PPL), dan para media. Semua pihak telah bekerja bahu-membahu hingga Indonesia mencapai cadangan beras terbesar dalam sejarah,” kata Amran di Jakarta, Jumat (30/5/2025).

Amran menyebut, capaian spektakuler ini tak lepas dari gagasan besar Presiden Prabowo Subianto, yang secara konsisten mendorong berbagai terobosan strategis melalui penerbitan Instruksi Presiden (Inpres) untuk memperkuat produksi dan memudahkan petani dalam berusaha tani.

“Presiden Prabowo memberi perhatian luar biasa pada pertanian. Penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen sebesar Rp6.500/kg dan penghapusan sistem rafaksi menjadi bukti nyata. Petani kini menikmati harga jual yang menguntungkan, bahkan di saat panen raya,” ujarnya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional pada Januari–Mei 2025 diperkirakan mencapai 16,55 juta ton, meningkat tajam 11, 95 persen dari tahun sebelumnya.

Capaian tersebut juga sejalan dengan kinerja serapan Bulog yang mencatat rekor tertinggi dalam 57 tahun terakhir.

Hingga akhir Mei 2025, Bulog telah menyerap lebih dari 2,4 juta ton beras lokal, melonjak lebih dari 400 persen dibandingkan rata-rata serapan dalam periode sama 5 tahun terakhir yang hanya berada di kisaran 1,2 juta ton.

“Ini menunjukkan bahwa produksi dalam negeri tidak hanya meningkat, tetapi juga diserap secara masif langsung dari petani. Langkah ini efektif memperkuat cadangan nasional dan menjaga kestabilan harga di tingkat petani,” ucap Amran.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved