Senin, 29 September 2025

Pemerintah Didesak Susun Strategi Reskilling dan Upskilling Guru Demi Serap Tenaga Kerja Green Jobs

Menurut Azis, transisi energi menuju energi terbarukan menuntut keterampilan baru. Green jobs adalah peluang ekonomi, dan tentunya landasan bagi daya

Penulis: willy Widianto
Getty/Independent
Deretan kincir angin di Brueck, Jerman. Pemerintah Jerman berambisi menggunakan energi terbarukan untuk memasok 80 persen kebutuhan listrik pada 2050. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Pemerintah melalui Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 menargetkan penciptaan lebih dari 1,7 juta peluang kerja di sektor kelistrikan

Koaksi Indonesia menyoroti bahwa 91 persen dari 836.696 tenaga kerja di subsektor pembangkit tenaga listrik merupakan green jobs. Ini adalah sebuah peluang besar, namun menuntut kesiapan tenaga kerja nasional di tengah transisi energi.

Studi Koaksi Indonesia tahun 2024 yang dilakukan bersama dengan BOI Research menyatakan bahwa 76% responden orang muda ingin bekerja di sektor yang berdampak positif bagi lingkungan. Namun, keterbatasan informasi, pelatihan, akses, dan dukungan kebijakan membuat banyak dari mereka belum siap secara keterampilan. 
 
Karena itu Roadmap Pengembangan Tenaga Kerja Hijau Indonesia yang baru saja diluncurkan oleh Bappenas pada bulan April 2025 lalu seharusnya telah memberikan arah strategis pengembangan green jobs.

Implementasinya perlu didorong secara lebih konkret, terutama dalam bentuk pelatihan keterampilan yang responsif terhadap kebutuhan transisi energi di tingkat daerah dan lokal, termasuk kelompok terdampak dari sektor fosil. 

"Tanpa peta jalan yang terukur, 91% ini terancam tidak dapat diakses kelompok yang membutuhkan pekerjaan,” jelas Manajer Advokasi Kebijakan Koaksi Indonesia, A Azis Kurniawan dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Selasa(3/6/2025).

Baca juga: Gerindra Ungkap Presiden Prabowo Dua Hari Sekali Tanya Perkembangan Program Pangan dan Energi

Menurut Azis, transisi energi menuju energi terbarukan menuntut keterampilan baru. Green jobs adalah peluang ekonomi, dan tentunya landasan bagi daya saing regional serta pintu masuk bagi investasi hijau yang berkelanjutan. 

"Tantangan ke depan bukan hanya soal membangun pembangkit, tetapi membangun kapasitas manusianya," kata dia.

Koaksi Indonesia menyambut baik arah transisi energi yang lebih hijau, khususnya dengan target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 61?ri penambahan kapasitas pembangkit 69,5 GW. 

Terkait target ini, Koaksi menekankan bahwa penciptaan green jobs perlu dibarengi dengan peningkatan kapasitas, seperti program upskilling dan reskilling yang inklusif.

Direktur Kemitraan Strategis dan Pengembangan Koaksi Indonesia, Indra Sari Wardhani mengatakan Green Jobs tidak dapat dimaknai sebatas angka atau kuantitas pekerjaan, tapi juga kualitasnya, terutama ketika bicara soal energi terbarukan yang bersifat sesuai potensi lokal. 

"Tentu soal ekonomi, sosial, dan lingkungannya harus mencakup indikator pekerjaan yang layak, berkontribusi pada perlindungan alam secara berkelanjutan, dan inklusif," ujar Indra Sari.

Data RUPTL menunjukkan bahwa tenaga kerja terbanyak akan diserap di sektor PLTS (348 ribu), PLTP (42 ribu), dan PLTA (129 ribu). Semuanya membutuhkan keahlian teknis baru yang belum banyak tersedia di pasar kerja Indonesia saat ini.

Koaksi Indonesia merekomendasikan agar pemerintah segera menyusun strategi nasional reskilling dan upskilling berbasis peta jalan green jobs.

Pemerintah daerah, sektor swasta, dan institusi pendidikan dilibatkan dalam pengembangan program pelatihan. 

Selanjutnya, Orang muda secara aktif dilibatkan melalui sekolah vokasi, SMK, dan program pemagangan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan