Minggu, 5 Oktober 2025

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

Berikut Hasil Negosiasi RI dengan Amerika Soal Tarif Impor Trump, Airlangga Lapor ke Prabowo

Airlangga mengungkap perusahaan Indonesia yakni Indorama, akan berinvestasi sebesar 2 miliar dolar AS untuk produksi blue amonia, di Louisiana, AS.

Istimewa
NEGOSIASI TARIF RESIPROKAL - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat pertemuan dengan pejabat Amerika Serikat negosiasi terkait tarif resiprokal. Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat (AS) telah menyepakati penyelesaian negosiasi terkait tarif resiprokal dalam jangka waktu 60 hari ke depan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Proposal negosiasi Pemerintah Indonesia kepada Amerika Serikat terkait tarif impor resiprokal AS, diklaim mendapat sambutan baik.

Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto usai melaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto pada Senin (28/4/2025). 

Airlangga menyebut, pihak delegasi RI sudah bertemu dengan Kantor Perdagangan AS (US Trade Representative/USTR), Kementerian Keuangan (Secretary of Treasury), hingga Kementerian Perdagangan (US Secretary of Commerce).

Lalu US-ASEAN Business Council, serta perusahaan seperi Amazon, Cisco, Boeing, Microsoft, dan Google. 

Baca juga: Imbas Kebijakan Tarif Donald Trump, Pemerintah RI Tunda Kucurkan Insentif untuk Motor Listrik

"Saya laporkan ke Presiden yang ditawarkan Indonesia secara prinsip, melalui surat yang disampaikan 7 dan 9 April mendapatkan apresiasi ke Amerika. Karena surat kita relatif komprehensif, terkait non tarif barrier, dan rencana Indonesia seimbangkan neraca perdagangan," kata Airlangga dikutip dari Kompas Group, Senin (28/4/2025).

Dalam proses negosiasi, Indonesia menekankan adanya perdagangan yang adil. Salah satunya menyeimbangkan neraca dagang dengan AS, yang sebelumnya defisit 19 miliar dolar AS. 

"Mereka neraca perdagangannya sekitar 19 miliar dolar AS, kita berikan lebih dari 19,5 miliar dolar AS. Jual beli langsung 19,5 miliar dolar AS tapi kita ada proyek yang akan dibeli dari AS," ujarnya. 

Kepada perwakilan delegasi Amerika, Airlangga mengungkap perusahaan Indonesia yakni Indorama, akan berinvestasi sebesar 2 miliar dolar AS untuk produksi blue amonia, di Louisiana, AS

"Kita juga mengajukan permintaan untuk tarif yang sifatnya resiprokal artinya untuk komoditas utama Indonesia yang ekspor ke AS. Kami minta tarif kita setara dengan negara lain. Apakah ke Vietnam, Bangladesh, sehingga dengan yang lain kita ada equal level playing field," tuturnya. 

Setelah mendengar laporan Airlangga, Prabowo disebut meminta agar negosiasi menghasilkan win-win solutions antara Amerika dan Indonesia.

"Presiden arahkan apa yang kita tawarkan adalah win-win solution dan kita tidak bedakan satu negara dengan negara lain. Artinya relatif yang kita tawarkan adalah apa yang sedang dilakukan di dalam negeri, salah satunya melakukan deregulasi melalui Satgas yang dibentuk," paparnya. 

Sebelumnya, Airlangga optimis terhadap hasil positif dari negosiasi tarif Trump. 

Dia tidak ingin tarif tersebut berdampak ke pekerja maupun investasi di Indonesia. 

Berikut poin-poin hasil negosiasi tarif Trump dalam perundingan awal antara pemerintah Indonesia dengan AS. 

1. AS minta tarif perdagangan imbang 

Airlangga mengungkapkan, perwakilan AS dan Indonesia saling mengungkapkan permintaan berkaitan dengan kebijakan tarif dalam proses negosiasi perdagangan tersebut. 

Menurutnya, salah satu fokus utama AS dari negosiasi itu terkait pemberlakuan tarif perdagangan yang lebih seimbang. 

"Amerika sudah menyampaikan apa yang mereka harapkan. Tentu paket pertama yang terkait dengan tarif yang diharapkan bisa menjadi tarif berimbang," ujarnya, diberitakan Kontan, Jumat (18/4/2025). 

Selain tarif perdagangan yang seimbang, lanjutnya, AS juga menyampaikan beberapa permintaan terkait kebijakan non-tarif. 

Terkait permintaan AS, Airlangga mengaku pihaknya telah menyiapkan dan menyampaikan dokumen resmi sebagai respons. 

“Untuk itu Indonesia juga sudah menyampaikan dokumen untuk merespons yang terkait dengan non-tariff measures tersebut,” kata dia. 

2. Indonesia minta tarif lebih rendah 

Airlangga menambahkan, pemerintah Indonesia juga menyuarakan pemberlakuan tarif perdagangan yang seimbang. 

Pemerintah pun berharap 20 produk unggulan ekspor ke pasar AS dapat dikenakan tarif yang kompetitif, bahkan tidak lebih tinggi dibandingkan negara-negara pesaing. 

Dia menjelaskan, tarif impor untuk produk Indonesia ke AS seperti garmen, alas kaki, furniture, dan udang justru lebih tinggi daripada negara pesaing dari ASEAN atau negara Asia lainnya. 

Pemerintah AS memberlakukan tarif Trump 37 persen ke Indonesia. Namun, ada tarif tambahan 10 persen yang berlaku untuk produk-produk tertentu sehingga menjadi 47 persen. 

“Ini juga menjadi concern untuk Indonesia karena dengan tambahan 10 persen ini ekspor kita biayanya lebih tinggi, karena tambahan biaya itu diminta oleh para pembeli agar di-sharing dengan Indonesia, bukan pembelinya saja yang membayar pajak tersebut,” tambah Airlangga.


3. Negosiasi akan berlangsung 60 hari 

Airlangga mengatakan, AS memberikan respons positif terhadap usulan-usulan Indonesia. Pihaknya juga aktif berupaya menghubungi para pejabat terkait di AS untuk melakukan negosiasi. 

Misalnya, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick. Dia menambahkan, Indonesia pun menjadi salah satu negara yang diterima lebih awal untuk bernegosiasi terkait tarif Trump. 

Airlangga menegaskan, Indonesia dan AS sepakat menyelesaikan negosiasi tarif Trump dalam waktu 60 hari ke depan dalam satu hingga tiga putaran perundingan. 

“Kami berharap dalam 60 hari, kerangka tersebut bisa ditindaklanjuti dalam bentuk format perjanjian yang disetujui antara Indonesia dan Amerika Serikat,” katanya, dilansir dari Kontan, Sabtu (19/4/2025). 

Menurutnya, kedua pihak sudah menyepakati acuan kerangka atau framework, serta format perjanjian tersebut. Perjanjian tersebut akan mencangkup perihal kemitraan perdagangan investasi, kemitraan dari mineral penting, serta reliabilitas dari rantai pasok yang mempunyai resiliensi tinggi. 

4. Indonesia tambah impor energi dari AS 

Airlangga menyampaikan, pemerintah Indonesia mengusulkan penambahan impor energi dari AS sebagai upaya menjaga keseimbangan perdagangan dalam negosiasi tarif Trump. 

Indonesia menawarkan menambah pembelian bahan bakar berupa minyak mentah, LPG, dan bensin dari AS. 

"Dari pembahasan tadi ada beberapa hal yang diusulkan oleh Indonesia, seperti yang sudah disampaikan di dalam surat resmi, bahwa Indonesia akan meningkatkan pembelian energi dari Amerika Serikat, antara lain LPG, kemudian juga fuel oil, dan gasoline," katanya. 

5. Peningkatan impor produk agrikultur AS 

Selain tambahan impor energi. pemerintah Indonesia berencana memperluas impor gandum dan produk hortikultura yang selama ini menjadi ekspor andalan AS. 

Produk agrikultur yang berencana diimpor dari AS dengan porsi lebih banyak seperti gandum, kedelai, bungkil kedelai, dan susu kedelai, diberitakan Kompas.com, Minggu (20/4/2025). 

Belum dipastikan berapa modal pemerintah Indonesia terkait hal itu. Namun, Airlangga pernah menyatakan pihaknya berencana membeli sejumlah produk AS senilai 18-19 miliar dollar AS.

6. Kerja sama critical minerals

Airlangga menyampaikan komitmen Indonesia bekerja sama dalam bidang critical minerals, serta mendukungan investasi AS. 

Indonesia menawarkan kolaborasi dengan pemerintah AS dalam pengelolaan dan hilirisasi mineral penting yang termasuk dalam rantai pasok global berkelanjutan. 

7. Fasilitas untuk perusahaan AS 

Pemerintah Indonesia juga berkomitmen terus memfasilitasi investasi perusahaan-perusahaan AS yang telah beroperasi di Tanah Air. 

"Indonesia juga memfasilitasi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang selama ini beroperasi di Indonesia, dan tentunya ada hal-hal yang terkait dengan perizinan dan insentif yang diberikan,” imbuh Airlangga, dikutip dari Kompas.com, Jumat. 

8. Mitra ekonomi digital 

Pemerintah Indonesia juga menekankan pentingnya pendekatan business to business untuk investasi serta mendorong penguatan kerja sama pengembangan sumber daya manusia. 

Kerja sama itu akan fokus mengembangkan sektor pendidikan, sains, teknologi, engineering, matematika, ekonomi digital, serta layanan keuangan. 

"Tentu Indonesia juga mengangkat terkait dengan financial services yang lebih cenderung untuk menguntungkan negara AS," ujar Airlangga. 

9. AS protes kebijakan Indonesia 

Selain hal-hal tersebut, pemerintah AS juga mempersoalkan beberapa kebijakan yang diberlakukan Indonesia. 

Diberitakan Kompas.id, Minggu, AS mempersoalkan sulitnya mendapatkan sertifikat halal dan memenuhi syarat tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) di Indonesia. 

Pemerintah Indonesia juga dinilai menerapkan kontrol ketat atas impor gula melalui mekanisme pembatasan impor kuantitatif (penetapan kuota impor). 

Pemerintah juga dituding memberikan subsidi fiskal dan nonfiskal terhadap pelaku usaha dan industri dalam negeri.  

Pemerintah AS juga menyorot juga pemberian subsidi bunga pinjaman kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia. 

10. Upaya cegah dampak tarif Trump 

Sementara itu, pemerintah Indonesia berencana melakukan berbagai cara untuk menghadapi tantangan perdagangan global, termasuk dampak tarif impor dari AS. 

Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu menuturkan, pemerintah akan memfasilitasi industri Tanah Air menjajaki peluang relokasi dan diverifikasi pasar selain AS. 

”Kita bisa mendiversifikasi rantai pasok kita yang bisa lebih menguntungkan masuk pasar AS. Ada dua sektor (yang diutamakan), yaitu semikonduktor dan mineral kritis,” ujarnya.

Selain diverifikasi pasar, pemerintah akan mempercepat dan memperluas kemitraan ke beberapa negara, seperti negara ASEAN, Korea Selatan, Jepang, dan Australia. 

Pemerintah juga tengah menyiapkan paket ekonomi dan deregulasi komprehensif untuk industri yang terdampak tarif Trump, seperti industri padat karya dan perikanan. 

"Tiga satgas (satuan tugas) telah dibentuk untuk fokus pada efisiensi, daya saing, dan deregulasi,” jelasnya.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved