Senin, 29 September 2025

Ini Langkah Pertachem dalam Hilirisasi Industri untuk Mencapai Swasembada Energi

Pemasaran Green Coke diproyeksikan akan mengalami tren positif yang signifikan khususnya untuk pemenuhan kebutuhan anoda baterai di pasar global.

Istimewa
SWASEMBADA ENERGI - Green Coke produk akhir dari proses pengolahan minyak bumi yang dihasilkan melalui pemanasan unit Delayed Coking Unit (DCU). Pemasaran Green Coke diproyeksikan akan mengalami tren positif yang signifikan khususnya untuk pemenuhan kebutuhan anoda baterai di pasar global. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina Petrochemical Trading (Pertachem) melakukan pengembangan produk petrokimia yang bernilai tambah tinggi.

Proyek ini diharapkan tidak hanya memperkuat ketahanan energi nasional, tetapi juga menjadi penggerak utama dalam membangun ekosistem industri berbasis bahan baku dalam negeri.

Direktur Utama PT Pertachem, Oos Kosasih mengatakan, Green Coke sebagai salah satu portofolio yang dipasarkan Pertachem menjadi bagian penting dalam mendukung agenda hilirisasi nasional, membuka peluang investasi, serta memperkuat daya saing Indonesia di pasar regional dan global.

Baca juga: Swasembada Energi, Indonesia akan Gelar Forum Panas Bumi Terbesar di Dunia

Green Coke, atau yang dikenal juga sebagai Petroleum Coke, merupakan produk akhir dari proses pengolahan minyak bumi yang dihasilkan melalui pemanasan unit Delayed Coking Unit (DCU).

Seiring meningkatnya permintaan terhadap Green Coke di pasar nasional dan regional, perseroan menandatangani kerjasama perjanjian penjualan Green Coke dengan PT Indonesia BTR New Energy Material.

“Green Coke menjadi bagian penting dalam rantai pasok energi. Hal ini diharapkan dapat mewujudkan swasembada energi nasional,” kata Oos Kosasih dalam keterangannya, Jumat (18/4/2025).

Menurutnya, pemasaran Green Coke diproyeksikan akan mengalami tren positif yang signifikan khususnya untuk pemenuhan kebutuhan anoda baterai di pasar global.

Presiden Direktur PT Indonesia BTR New Energy Material, Wu Lei menyampaikan, kedepannya dengan meningkatnya produksi anoda hingga 160.000 ton per tahun, harapannya kerja sama ini dapat terus berlanjut dan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia.

"Dengan kapasitas produksi tersebut Indonesia berpotensi menjadi pemain utama sebagai pemasok anoda di industri baterai global,” imbuh Wu Lei.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan