Jumat, 3 Oktober 2025

Dewan Pengawas dan Direksi Bulog Dilakukan Perombakan, Ini Kata Pakar

Dengan adanya komunikasi yang lebih terbuka dan setara, petani merasa lebih dihargai, dan distribusi hasil pertanian menjadi lebih efisien.

TRIBUNNEWS/HERUDIN
KEPENGURUSAN BULOG- Direksi dan dewan pengawas Perum Bulog telah dilakukan perombakan oleh Menteri BUMN Erick Thohir. Pakar Komunikasi Nasional, Effendi Gazali menilai perubahan kepemimpinan di Dewas dan Direksi Perum Bulog membawa dampak positif bagi petani di seluruh Indonesia, Selasa (18/2/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direksi dan dewan pengawas Perum Bulog telah dilakukan perombakan oleh Menteri BUMN Erick Thohir.

Menyikapi hal itu, Pakar Komunikasi Nasional, Effendi Gazali menilai perubahan kepemimpinan di Dewas dan Direksi Perum Bulog membawa dampak positif bagi petani di seluruh Indonesia.

Menurutnya, dengan pengalaman dan pendekatan inovatif mereka, mampu mendorong Bulog untuk lebih responsif terhadap kebutuhan pasar dan petani.

Ia mencontohnya, kebijakan yang diterapkan di bawah pimpinan Sudaryono sebagai Ketua Dewas Bulog dinilai berhasil meningkatkan serapan gabah petani serta memberikan stabilitas harga gabah yang berdampak pada kesejehteraan petani.

Baca juga: Syahganda Nainggolan Anggap Keputusan Tepat Penempatan TNI di Bulog, Ini Alasannya

Effendi menyatakan bahwa perubahan ini menjadi terobosan yang sangat berarti bagi petani. 

"Bulog di bawah Sudaryono sebagai Dewas, memulai suatu inovasi sekaligus terobosan. Mereka dengan cepat menyerap aspirasi pemangku-kepentingan utamanya petani. Dengan demikian banyak cara dan upaya yang bisa langsung dirasakan petani," ujar Effendi dikutip Selasa (11/2/2025).

Selain itu, Effendi menjelaskan salah satu langkah strategis yang diambil adalah mengoptimalkan jaringan distribusi dan memperbaiki mekanisme pembelian gabah. Apalagi, saat ini Presiden Prabowo telah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen (GKP) sebesar Rp6.500 per kilogram.

Program ini memastikan bahwa gabah petani tidak hanya diserap dalam jumlah yang lebih banyak, tetapi juga dihargai dengan harga yang lebih layak. Hal ini tentu memberikan keuntungan bagi petani yang sebelumnya sering menghadapi kesulitan menjual hasil panen akibat harga yang rendah dan melimpahnya pasokan.

Di sisi lain, kebijakan ini turut mendukung ketahanan pangan nasional, dengan memastikan stok beras yang lebih terjamin dan pasokan beras yang tetap stabil di pasar.

“Dengan adanya serapan gabah yang meningkat, mereka dapat memperoleh pendapatan yang lebih stabil dan lebih memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” katanya.

Dalam menghadapi tantangan komunikasi di era digital yang penuh dengan beragam media, Effendi menekankan pentingnya mendengarkan dan menyerap aspirasi petani sebagai langkah utama dalam menciptakan kebijakan yang efektif.

"Komunikasi adalah hal yang amat penting di era begitu kuatnya campuran media, khususnya media sosial saat ini. Yang paling utama adalah berusaha konsisten mendengar dan menyerap aspirasi petani," tutur Effendi.

Menurutnya, dengan adanya komunikasi yang lebih terbuka dan setara, petani merasa lebih dihargai, dan distribusi hasil pertanian menjadi lebih efisien.

Effendi berharap, kebijakan ini menjadi langkah awal yang positif, dengan harapan sektor pertanian Indonesia semakin sejahtera di masa depan. 

"Ini baru angin segar awal. Komunikasi yang tulus dan setara dengan petani harus terus diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya," tambahnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved