Kamis, 2 Oktober 2025

Permintaan Meningkat, Ekspor Minyak Iran Catat Level Tertinggi Sejak 2019

Jumlah impor China dari Iran selama Desember kemarin telah mencapai rekor baru yaitu 1,2 juta barel per hari dan naik 130 persen dari tahun sebelumnya

Top 1 Market
Ilustrasi minyak mentah. Konsultan energi Sectional Break Balve (SVB) International mengatakan, ekspor minyak mentah Iran pada Desember 2022 tembus di kisaran rata-rata 1,137 juta barel per hari, angka ini naik 42.000 barel per hari bila dibandingkan dengan ekspor di bulan November tahun 2022. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN – Sinyal penjualan minyak Iran untuk periode 2023 diproyeksikan meningkat, usai ekspor minyak Iran selama November hingga Desember 2022 mengalami peningkatan tajam hingga melesat ke level tertinggi.

Konsultan energi Sectional Break Balve (SVB) International mengatakan, ekspor minyak mentah Iran pada Desember 2022 tembus di kisaran rata-rata 1,137 juta barel per hari, angka ini naik 42.000 barel per hari bila dibandingkan dengan ekspor di bulan November tahun 2022.

Kenaikan tersebut tercatat jadi yang tertinggi sejak 2019. Sebelum mengalami peningkatan, ekspor minyak Iran di tahun 2018 sempat merosot tajam lantaran terdampak sanksi yang diterapkan mantan Presiden AS Donald Trump karena Iran memutuskan keluar dari perjanjian nuklir 2015.

Baca juga: Rusia Beri Diskon Khusus Untuk Pacu Ekspor Minyak Mentah ke China dan India

Sanksi kian diperketat oleh keuangan AS usai pemerintah Iran kepergok mengirimkan jaringan penyelundupan minyak terkait dengan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran. Alasan ini yang membuat ekspor minyak amblas menjadi 100.000 barel per hari pada tahun 2020 dari yang awalnya lebih dari 2,5 juta barel per hari pada tahun 2018.

Akan tetapi kondisi itu berbalik, setelah kursi kepresidenan diduduki oleh Joe Biden, Iran dan AS perlahan mulai menghidupkan kembali kesepakatan nuklir hingga akhirnya ekspor minyak dapat meningkat, meski minyak Iran harus mengalami persaingan ketat dengan minyak Rusia di pasar global.

"Dibandingkan dengan pemerintahan Trump, belum ada tindakan keras atau tindakan serius terhadap ekspor minyak Iran. Ekspor Januari sejauh ini kuat seperti bulan-bulan sebelumnya," kata Sara Vakhshouri dari SVB, Senin (16/1/2023).

Menurut laporan dari analis perusahaan minyak FACTS Global Energy Group (FGE), permintaan minyak yang besar Iran sebagian besar didominasi oleh investor dari China. Untuk menghindari sanksi, sebagian besar ekspor minyak mentah dari Iran ke China diganti identitasnya menjadi minyak mentah dari negara lain.

Analis minyak Vortex mencatat, jumlah impor China dari Iran selama Desember kemarin telah mencapai rekor baru yaitu 1,2 juta barel per hari dan naik 130 persen dari tahun sebelumnya.

"Ekspor Januari sejauh ini cukup kuat seperti bulan-bulan sebelumnya. Sebagian besar pengiriman ini sampai di Shandong, di mana kilang independen telah beralih ke nilai diskon sejak paruh kedua tahun 2022 di tengah permintaan domestik yang lesu dan margin penyulingan yang tertekan," kata perusahaan itu.

Selain permintaan minyak yang kuat dari China, Iran diketahui turut memperluas pasarnya hingga Venezuela.

Diperkirakan sepanjang 2023 permintaan minyak Iran dapat kembali meluas hingga Korea Selatan dan Eropa, sering dengan rencana Iran untuk menghidupkan kesepakatan nuklir.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved