Inovasi dan Kemauan Belajar, Kunci Sukses Yayuk Kelola Usaha Produksi Abon di Solo
Rumah produksi itu menjadi bukti perjalanan panjang Tri Rahayu Amperawati dalam mengembangkan usaha produksi abon sapi di Solo.
Padahal ia tidak paham teknologi alias gaptek.
Beruntung Yayuk terbantu oleh anaknya yang merupakan lulusan sebuah sekolah tehnik di Solo sehingga mengetahui cara kerja dan cara mengoperasikan panci presto itu.
Ia kemudian memutuskan membeli panci presto yang berkapasitas 1 kwintal.
“Akhirnya saya pesan yang besar, harganya waktu itu Rp 20 juta. Dianter ke Solo. Sejak itu, masaknya dengan panci presto, dibantu gorengan elektrik. Sudah lebih maju,” bebernya.

Kini hampir seluruh alat-alat produksi sudah sistem elektrik mulai dari wajan, panci hingga alat penghalus daging.
Elektrisasi alat membuat proses produksi lebih praktis, efisian dan bisa memproduksi dalam jumlah besar.
“Jadi, perjalanannya itu jatuh bangun. Saya tidak menyerah. Semangatnya, saya ingin seperti UKM yang sudah maju," ujarnya.
Pengembangan terus berlanjut hingga akhirnya menyasar perluasan dan perbaikan rumah produksi.
Hal ini bermula dari izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) yang masa berlakunya sudah habis.
Saat hendak memperpanjang, dinas terkait meminta adanya pembenahan rumah produksi sebagai syarat perpanjangan PIRT.
Yayuk kemudian meminjam uang sebesar Rp 200 juta dari bank untuk memperluas dan merenovasi rumah produksinya hingga jadi seperti saat ini.
Inovasi juga dilakukan Yayuk dalam pemasaran produk.
Hal itu terjadi saat Pandemi menerjang yang membuat omzetnya menurun drastis.
Tak ingin menyerah, Yayuk memasarkan produknya secara online melalui marketplace.
Pemasaran online ini dikerjakan oleh putrinya yang lebih menguasai seluk beluk pemasaran online.
Selama pandemi, Yayuk mengaku tidak mengurangi karyawannya yang saat ini berjumlah enam orang.
Didampingi YDBA
Dalam pengembangan usaha, Yayuk turut mendapat pendampingan dari Yayasan Darma Bhakti Astra (YDBA).
Dikatakan Yayuk, melalui pendampingan yang diberikan YDBA, dirinya mendapat banyak manfaat, di antaranya kesempatan untuk belajar dengan UKM lainnya yang lebih maju.
“Manfaat (pendampingan YDBA) macam-macam. Produk bisa masuk ke rest area, diikutkan lomba 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), ada juga motivasi untuk maju atau istilahnya UKM naik kelas. Selain itu juga muncul kesadaran mengolah limbah secara benar,” ungkapnya.
Terpisah, Koordinator Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) YDBA Solo, Dimas Wahyu Ashary mengatakan di Solo Raya, ada 53 UKM yang didampingi oleh YDBA.
"Terdiri 24 UKM manufaktur, 13 UKM kuliner kerajinan dan 16 UKM hidroponik," katanya, Rabu (27/7/2022).
Dikatakan Dimas, pendampingan UKM di Solo Raya bagian dari pendampingan UKM yang dilakukan YDBA di seluruh wilayah Indonesia.
Berdasar data yang disampaikan Dimas, hingga Desember 2021, YDBA telah memberikan pembinaan kepada 12.006 UKM di bidang manufaktur, bengkel, kerajinan dan kuliner serta pertanian.
Adapun pendampingan yang diberikan dalam bentuk beragam mulai dari pelatihan digital marketing, pelatihan 5R hingga sosialisasi perizinan usaha.
"Harapan YDBA khususnya LPB Solo adalah agar UKM yang dibina bisa mandiri dan mendapat pasar yang jauh lebih luas dan bisa mensuport program Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) melalui Program Koperasi Bidang Manufaktur," pungkasnya. (*)