Sabtu, 4 Oktober 2025

Inovasi dan Kemauan Belajar, Kunci Sukses Yayuk Kelola Usaha Produksi Abon di Solo

Rumah produksi itu menjadi bukti perjalanan panjang Tri Rahayu Amperawati dalam mengembangkan usaha produksi abon sapi di Solo.

Penulis: Daryono
Tribunnews.com/Daryono
Tri Rahayu Amperawati, pemilik usaha abon Ksatria Solo. Foto diambil Selasa (26/7/2022). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Daryono

TRIBUNNEWS.COM, SOLO – Sebuah papan bertuliskan “Alas Kaki Harap Dilepas” terpasang di dinding samping pintu masuk sebuah rumah produksi abon di Jl Kalikuantan 3, Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Jawa Tengah.

Papan satunya lagi bertuliskan imbauan untuk mencuci tangan dan memakai masker.

Di ruangan bernuansa warna putih itu, tiga pekerja tampak sibuk bekerja. Meski berfungsi sebagai dapur, ruangan produksi tersebut terlihat bersih dan rapi.

Di depan area dapur tersedia kursi dan meja untuk menerima tamu.

Lokasi rumah produksi itu bisa dibilang tersembunyi karena berada di bagian belakang rumah tinggal yang sekaligus dipakai untuk toko penjualan abon.

Baca juga: Fitur Google Profil Bisnis Bantu UKM Pasarkan Produk di Online

Dari rumah produksi itu, dihasilkan abon sapi, dendeng, srundeng, rambak sapi, abon ayam dan kremes.

Aneka produk itu dipasarkan ke berbagai kota di Jawa maupun luar Jawa dengan omset mencapai puluhan juta per bulan.

Rumah produksi itu menjadi bukti perjalanan panjang Tri Rahayu Amperawati dalam mengembangkan usaha produksi olahan daging sapi dan ayam dengan merek Ksatria selama hampir 21 tahun.

Rumah produksi usaha abon Ksatria di Jagalan, Solo. Foto diambil Selasa (26/7/2022).
Rumah produksi usaha abon Ksatria di Jagalan, Solo. Foto diambil Selasa (26/7/2022). (Tribunnews.com/Daryono)

Keberhasilan Tri Rahayu Amperawati mengembangkan usaha yang dirintisnya sejak 2001 ini tidak lepas dari kegigihan belajar dan kemauannya untuk selalu berinovasi.

Awal memulai usaha, Yayuk, sapaan akrab Tri Rahayu Amperawati, tidak memproduksi sendiri dendeng dan abon sapi.

Ia hanya menjualkan dendeng dan abon sapi yang dibikin oleh ibu dan bibinya.

"Ibu saya kan waktu itu sudah lama bikin dendeng. Bulik saja juga sudah bikin abon. Lalu kepikiran untuk menjual abon dan dendeng sebagai pelengkap dagangan karena waktu itu saya kan buka toko kelontong," katanya saat ditemui Tribunnews.com di rumah produksi miliknya di Jagalan, Selasa (26/7/2022). 

Rumah tinggal pemilik usaha abon Ksatria Solo, Tri Rahayu Amperawati, di Jagalan, Solo, Jawa Tengah, Selasa (26/7/2022). Rumah tinggal ini sekaligus menjadi toko penjualan abon dan olahan daging sapi lainnya.
Rumah tinggal pemilik usaha abon Ksatria Solo, Tri Rahayu Amperawati, di Jagalan, Solo, Jawa Tengah, Selasa (26/7/2022). Rumah tinggal ini sekaligus menjadi toko penjualan abon dan olahan daging sapi lainnya. (Tribunnews.com/Daryono)

Produk olahan daging sapi seperti rambak, dendeng dan abon memang menjadi produk unggulan di wilayah Jagalan.

Di Solo, Jagalan merupakan wilayah yang dikenal sebagai lokasi pemotongan daging sapi.

Perlahan, produk dendeng dan abon sapi yang dijual Yayuk ternyata laku dan mendapat banyak pesanan.

Dari situ, wanita 56 tahun ini kemudian mulai berpikir untuk memproduksi sendiri.

Setelah sempat mengalami kegagalan dan perbaikan, akhirnya ia bisa memproduksi sendiri berbagai olahan daging sapi mulai dari srundeng, rambak, dendeng dan abon.

Baca juga: Kementerian BUMN Dorong UKM Tembus Pasar Internasional

Resep keluarga dan pengalaman di masa kecil membantu orang tua membuat abon sedikit banyak membantunya sehingga bisa memproduksi berbagai olahan daging sapi.

Waktu terus berjalan hingga pada 2010, Yayuk menambah variasi produksinya yakni olahan daging ayam.

Ia memproduksi abon ayam.

Hal itu bermula dari adanya pelanggan yang menanyakan apakah bisa membuat abon ayam. Karena cara pembuatannya sama, Yayuk pun berani memproduksi abon ayam dan hasilnya diterima pasar.

Produk abon ayam dan abon sapi Ksatria di Solo
Produk abon ayam dan abon sapi Ksatria di Solo (Tribunnews.com/Daryono)

Kini, abon ayam Ksatria telah masuk di minimarket berjejaring se-Solo Raya. 

Inovasi alat-alat produksi

Tak hanya melalui variasi produk, kemajuan usaha abon milik Yayuk juga ditopang kemauan ibu tiga anak ini untuk melakukan inovasi dalam cara produksi seiring meningkatnya pesanan.

Awalnya, seluruh proses produksi masih dilakukan secara manual.

Meski tak paham teknologi, Tri Rahayu tak segan untuk mencari informasi dan belajar dari UKM lainnya yang sudah maju.

Dirinya kerap mengikuti seminar, pameran maupun pertemuan antar UKM.

Ia mencontohkan saat mengikuti pertemuan UKM se DIY-Jateng, dirinya mendapatkan inspirasi untuk menggunakan wajan elektrik dalam pembuatan abon.

“Jadi, waktu itu, sekitar tahun 2017/2018, saya ketemu sesama UKM yang produksi abon di Sleman. Kita tukar pikiran dan ternyata dia sudah menggunakan wajan elektrik. Akhirnya saya belajar ke sana untuk melihat langsung. Setelah itu saya beli satu wajan elektrik dengan modal sendiri. Jadilah saya mulai pakai wajan elektrik untuk produksi. Dengan adanya wajan elektrik itu, pekerjaan sudah agak terbantu,” bebernya.

Pekerja memproduksi abon di rumah produksi abon Ksatria di Jagalan Solo, Selasa (26/7/2022). Tampak peralatan yang dipakai sudah menggunakan alat elektrik, di antaranya wajan elektrik
Pekerja memproduksi abon di rumah produksi abon Ksatria di Jagalan Solo, Selasa (26/7/2022). Tampak peralatan yang dipakai sudah menggunakan alat elektrik, di antaranya wajan elektrik (Tribunnews.com/Daryono)

Pengembangan alat itu terus berlanjut saat Yayuk mendapat tawaran dari Dinas Koperasi dan UKM Solo yang bekerjasama dengan PT Astra.

Kala itu, Astra memberi tawaran kepada UKM untuk menjual produk mereka di rest area jalan tol yang hendak dibangun Astra di Salatiga.

Saat mendapat tawaran itu, Yayuk pun memberanikan diri untuk ikut.

“Kan itu nggak gampang, harus dikurasi produknya, legalitasnya dan lain-lain. Jadi, ada yang ikut, ada yang enggak. Saya memberanikan diri ikut, “ ungkapnya.

Setelah itu, Astra pun memberikan pembekalan kepada para UKM yang terlibat.

Rupanya, UKM yang terseleksi tidak hanya dari Solo, tetapi juga UKM dari wilayah lainnya di Jateng dan DIY.

Baca juga: Startup Mulai Lakukan PHK, Kementerian Koperasi UKM Diminta Serap Melalui Program Wirausaha Baru

Dalam pertemuan itu, lagi-lagi Yayuk belajar dengan UKM lainnya yang sudah lebih maju.

Yayuk berkenalan dengan seorang pelaku usaha di Semarang yang memproduksi ikan teri krispy dan abon ikan.

Dari tukar informasi itu, ternyata pelaku usaha tersebut sudah menggunakan panci presto.

Sementara Yayuk masih memakai panci manual sehingga apabila mengukus daging dalam jumlah besar memerlukan banyak dandang dan membutuhkan waktu lebih lama.

Tri Rahayu Amperawati, pemilik usaha abon Ksatria Solo. Foto diambil Selasa (26/7/2022).
Tri Rahayu Amperawati, pemilik usaha abon Ksatria Solo. Foto diambil Selasa (26/7/2022). (Tribunnews.com/Daryono)

Berbekal informasi dari kenalannya itu, Yayuk kemudian diberi tahu seseorang di Semarang yang bisa membuat panci presto.

Yayuk pun mencari orang tersebut dan akhirnya bisa menemuinya.

Orang itu rupanya memang kerap membuat alat-alat untuk UKM.

“Di tempat itu, saya baru tahu, ternyata ada panci presto yang tingginya hampir setinggi orang dewasa,” bebernya.

Panci presto itu menggunakan teknologi dan sistem elektrik.

Padahal ia tidak paham teknologi alias gaptek.

Beruntung Yayuk terbantu oleh anaknya yang merupakan lulusan sebuah sekolah tehnik di Solo sehingga mengetahui cara kerja dan cara mengoperasikan panci presto itu.

Ia kemudian memutuskan membeli panci presto yang berkapasitas 1 kwintal.

“Akhirnya saya pesan yang besar, harganya waktu itu Rp 20 juta. Dianter ke Solo. Sejak itu, masaknya dengan panci presto, dibantu gorengan elektrik. Sudah lebih maju,” bebernya.

Pekerja sedang memproduksi abon di rumah produksi abon Ksatria Solo, Selasa (26/7/2022).
Pekerja sedang memproduksi abon di rumah produksi abon Ksatria Solo, Selasa (26/7/2022). (Tribunnews.com/Daryono)

Kini hampir seluruh alat-alat produksi sudah sistem elektrik mulai dari wajan, panci hingga alat penghalus daging.

Elektrisasi alat membuat proses produksi lebih praktis, efisian dan bisa memproduksi dalam jumlah besar.

“Jadi, perjalanannya itu jatuh bangun. Saya tidak menyerah. Semangatnya, saya ingin seperti UKM yang sudah maju," ujarnya.

Pengembangan terus berlanjut hingga akhirnya menyasar perluasan dan perbaikan rumah produksi.

Hal ini bermula dari izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) yang masa berlakunya sudah habis.

Saat hendak memperpanjang, dinas terkait meminta adanya pembenahan rumah produksi sebagai syarat perpanjangan PIRT. 

Yayuk kemudian meminjam uang sebesar Rp 200 juta dari bank untuk memperluas dan merenovasi rumah produksinya hingga jadi seperti saat ini.

Inovasi juga dilakukan Yayuk dalam pemasaran produk.

Hal itu terjadi saat Pandemi menerjang yang membuat omzetnya menurun drastis. 

Tak ingin menyerah, Yayuk memasarkan produknya secara online melalui marketplace.

Pemasaran online ini dikerjakan oleh putrinya yang lebih menguasai seluk beluk pemasaran online.

Selama pandemi, Yayuk mengaku tidak mengurangi karyawannya yang saat ini berjumlah enam orang. 

Didampingi YDBA

Dalam pengembangan usaha, Yayuk turut mendapat pendampingan dari Yayasan Darma Bhakti Astra (YDBA).

Dikatakan Yayuk, melalui pendampingan yang diberikan YDBA, dirinya mendapat banyak manfaat, di antaranya kesempatan untuk belajar dengan UKM lainnya yang lebih maju.

“Manfaat (pendampingan YDBA) macam-macam. Produk bisa masuk ke rest area, diikutkan lomba 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), ada juga motivasi untuk maju atau istilahnya UKM naik kelas. Selain itu juga muncul kesadaran mengolah limbah secara benar,” ungkapnya. 

Terpisah, Koordinator Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) YDBA Solo, Dimas Wahyu Ashary mengatakan di Solo Raya, ada 53 UKM yang didampingi oleh YDBA.

"Terdiri 24 UKM manufaktur, 13 UKM kuliner kerajinan dan 16 UKM hidroponik," katanya, Rabu (27/7/2022).

Dikatakan Dimas, pendampingan UKM di Solo Raya bagian dari pendampingan UKM yang dilakukan YDBA di seluruh wilayah Indonesia.

Berdasar data yang disampaikan Dimas, hingga Desember 2021, YDBA telah memberikan pembinaan kepada 12.006 UKM di bidang manufaktur, bengkel, kerajinan dan kuliner serta pertanian. 

Adapun pendampingan yang diberikan dalam bentuk beragam mulai dari pelatihan digital marketing, pelatihan 5R hingga sosialisasi perizinan usaha.

"Harapan YDBA khususnya LPB Solo adalah agar UKM yang dibina bisa mandiri dan mendapat pasar yang jauh lebih luas dan bisa mensuport program Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) melalui Program Koperasi Bidang Manufaktur," pungkasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved